Jumat, 09 November 2012

Cewek Mungil










            “Ahh senengnya bisa jalan sama kak Shinji.” Ucapku seneng sambil merebahkan tubuhku ditempat tidur. Namun saat aku lagi baring-baring, dari balik selimut tiba-tiba ada seseorang yang memelukku. “Wwwaaaa!!!” Aku pun sontak berteriak dan beranjak dari tempat tidurku.
            “Hai Kana.” Ucap seorang cowok yang muncul dari balik selimut.
            “A..Akito.” ucapku terkejut. “Kenapa kamu bisa ada disini? Kamu kan ada diluar negeri.”
            “Emangnya kenapa? Jepang kan juga tempat kelahiranku, jadi suka-suka aku dong kalo aku mau kesini.”
            “Terserah kamu deh mau balik ke Jepang atau gak, yang aku tanyain kenapa kamu bisa ada dikamarku.”
            “Karena Mamamu udah ngijinin aku kesini.”
            “Mamaku?”
            “Iya Mamamu.” Jawabnya santai. Tanpa pikir panjang aku pun langsung turun untuk mencari Mama, Akito pun mengikutiku. “Hei Kana, kamu mau kemana?”
Tapi aku gak perduliin kata-kata Akito. Saat di teras belakang kulihat Mama sedang menyiram bunga.
            “Mamaa.” Kuberteriak.
            “Kana, kenapa kamu berteriak sih?” ucap Mama terkejut.
            “Kenapa Akito bisa ada disini? Kenapa dia balik ke Jepang sih Ma.”
            “Oo Akito. Rencananya sih dia mau bersekolah disini, sekolah denganmu.”
            “Apaa? Ahh nggak mau, aku gak mau sekolah dengan dia.”
            “Kenapa kamu ngomong gitu? Bukannya saat kecil kalian sangat akrab.” Senyum Mama. Ihh akrab apanya, bertengkar tiap hari malah. “Oo iya dia juga akan tinggal disini bersama kita.”
            “Apaa??!!!” kuberteriak sekencang-kencangnya.
            “Lagian kamu kan juga anak tunggal, jadi pasti kesepian tinggal dirumah sendirian. Akito kan bisa nemenin kamu, disekolah dia juga bisa menjagamu dari orang-orang yang berbahaya.”
Hufft, malahan seharusnya dia yang lebih berbahaya dibanding orang disekitarku. Dia pernah memberiku serangga dalam tasku, dia juga pernah mencukur rambutku. Tiap hari dia selalu mengerjaiku, bener-bener sangat berbahaya. Sekeras apapun aku berusaha, tapi keputusan Mama tetep gak bisa di ubah. Jadinya aku terpaksa menuruti kemauannya. Aku pun kembali kekamar dengan wajah lesu.
            “Ehh, ngapain kamu tidur ditempat tidurku?” bentakku.
            “Suka-suka aku dong mau tidur dimana, lagian aku merasa lebih nyaman dikamar ini.”
            “Kamu jangan seenaknya ya, kamarmu ada disamping. Sana pindah.”
            “Gak deh, aku pengen disini aja bersama Kana.” Akito seenaknya sendiri.
            “Kamu tuh bener-bener gak bisa di atur ya? Lagian ngapain juga sih kamu balik kesini, apa diluar negeri gak enak. Apa karena disana gak ada cewek yang bisa kamu kerjain.”
            “Aku balik kesini karena aku suka kamu, Kana.” Ucapnya serius.
            “Percuma kamu ngomong seperti itu, sedikit pun aku gak akan terpancing. Udah sana pindah dikamarmu sendiri.”
            “Nggak Kana, aku serius. Aku bener-bener suka kamu, makanya aku kembali.” Ucapnya pelan.
Saat aku berusaha serius mendengarkannya bicara, tiba-tiba dia memeluk bantal guling kesayanganku.
            “Ehh apa ini? Lucu banget.” ucap Akito.
            “Hei, jangan pernah sentuh barang-barangku.” Aku pun merebut bantal gulingku. Namun tiba-tiba Akito tertawa. “Kenapa kamu tertawa?”
            “Mana bantal guling, mana pemilik bantal gulingnya ya? Kok tingginya sama.” Ketawanya semakin keras.
            “Kamu ini emang gak pernah bisa serius ya? Sudah sana keluar.” Aku pun menyeretnya keluar.
Dia itu bener-bener selalu  bikin aku kesal.
           
            Keesokan harinya saat disekolah.
            “Kalo aku sih meskipun dia gak serius, tapi aku mau jadi pacarnya.” Ucap temenku. “Tuh liat aja, baru hari pertama sekolah udah banyak cewek-cewek yang naksir padanya. Ya wajar aja, dia cakep sih.”
Kulihat banyak cewek yang mengerumuni Akito. Tapi aku gak perduli, yang kuperdulikan hanya kelanjutan hubunganku dengan kak Shinji. Ehh ada kak Shinji tuh.
            “Pagi, kak Shinji.” Kutersenyum.
            “Pagi, Kana. Ada rebut-ribut apa sih kok pagi-pagi udah rame banget? kenapa dikelasmu banyak anak cewek yang lagi berkumpul.”
            “Gak tau tuh kak, sepertinya hal yang gak penting.” Jawabku pura-pura gak tau.
Namun tiba-tiba aja seseorang memeluk pundakku.
            “Hei Kana. Oo ini ya yang namanya kak Shinji.” Ucapnya sok kenal. “Kenalin, namaku Akito. Aku murid baru disini, dan saat ini aku tinggal dirumah Kana.”
            “Ehh kamu ini ngomong apa sih? Lepaskan tanganmu dari pundakku. Jangan salah sangka dulu kak, dia ini….”
            “Oo iya kamu tau gak, tinggi Kana sama dengan bantal guling yang ada dikamarnya loh.”
Kata-kataku itu bener-bener membuatku malu dihadapan kak Shinji.
            “Meski gitu, Kana tetep manis kok.”ucap kak Shinji lembut. “Aku pergi dulu ya Kana, akan ada rapat osis.”
            “I..iya kak.” Ucapku gugup.
Kak Shinji bilang aku manis. Hatiku makin berdebar-debar. Untung aja kata-kata Akito gak membuatnya illfeel. Aku bener-bener makin kesel padanya. Aku pun langsung pergi meninggalkan Akito disana.
            “Hei, Kana. Kamu mau kemana?” namun aku tetep gak menjawab. “Jangan buru-buru dong jalannya. Aku kan baru disini, kalo aku tersesat gimana. Sekolah ini kan luas banget.”
            “Bodoh amat!!!” ucapku singkat.
Saat sepulang sekolah, aku diantar oleh kak shinji. Dadaku semakin berebar-debar. Dia begitu baik, sifatnya sama sekali bertolak belakang dengan Akito. Sesampainya didepan rumah.
            “Nah udah sampai, masuklah.” Ucap kak Shinji lembut.
“Kak shinji. Aku..aku..” aku gugup.
“Iya Kana, ada apa?”
“Aku..aku suka kak Shinji.”
Aduhh bagaimana ini, aku bener-bener mengatakannya. Sangking gugupnya aku pun langsung berlari masuk kedalam rumah. Apa yang aku lakukan tadi bener ya? Bagaimana jawabannya kak Shinji ya, apa dia punya perasaan yang sama denganku. Didalam kamar aku terus memikirkannya. Sampai tiba saatnya makan malam.
            “Kana. Akito kemana? Kenapa dari tadi siang Mama gak melihat dia pulang ya.”
            “Gak tau Ma.”
            “Loh kok bisa gak tau sih, kamu kan satu sekolah. Apa tadi pulangnya kalian gak bersama?”
            “Gak tuh Ma, aku tadi pulang bareng kak Shinji. Ya biarin aja lah Ma, mungkin aja dia masih jalan-jalan sama temen barunya.”
            “Tapi diluar lagi hujan deras, masa’ dia mau jalan-jalan.”
“Ya mungkin aja dia berteduh dirumah temennya, Ma.”
“Bener juga ya. Ya udah lah kalo emang kayak gitu. Ayo kita makan duluan.”
Kamipun makan bersama. Namun saat jam menunjukkan jam 23.15, Mama pun kembali khawatir.
            “Kana, udah jam 11 lewat nih. Tapi Akito belum pulang juga?”
            “Mungkin aja dia nginap dirumah temennya, Ma. Biarin aja lah Ma, dia kan cowok.”
            “Iya sih, tapi mama tetep aja khawatir. Lagian Mama udah hubungi semua temennya tapi gak ada yang tau dimana Akito, mereka liat tadi siang Akito langsung pulang kerumah jadi gak mungkin dia nginap dirumah temennya. Apalagi tadi habis hujan deras. Mama tambah khawatir, coba deh kamu cari aja.”
            “Tapi Ma. Ini kan udah malam banget.”
            “Mama gak akan bisa tidur kalo belum ada kabar dari Akito. Mama bener-bener cemas, Kana. Tolong ya kamu cari Akito. Mama takut dia gak tau jalan pulang dan tersesat.”
            “Ya udah, ya udah aku cari. Tapi ini semua demi Mama loh ya.”
Mama pun mengangguk, akhirnya aku pun terpaksa mencari cowok nakal itu. Kemana sih perginya dia? Sampai malam gini belum pulang, bikin Mamaku cemas aja. Aku pun terus mencarinya, aduhh dimana sih dia. Oh iya aku inget, dulu saat kita kecil dia sering bersembunyi ditaman. Gak ada tempat persembunyian lagi selain disitu, coba deh aku cari disana. Ternyata bener, saat aku tiba disana kulihat seorang cowok lagi duduk bersandar disebuah bangku taman. Aku menghampirinya.
            “Hei, kamu ini kemana aja sih? Kenapa gak pulang? Mamaku cemas tuh sama kamu, bikin repot orang aja.” Ucapku kasar. Namun Akito tetep terdiam, dia tertunduk lesu. “Hei Akito, kamu kenapa sih? Kenapa lesu kayak gitu?” kulihat bajunya basah semua, sepertinya tadi dia gak berteduh. “Kamu tadi gak……”
Belum selesai kata-kataku tiba-tiba Akito memeluk tubuh mungilku ini.
            “Akito, kamu ini kenapa?” aku berusaha melepaskan diri.
            “Biarkan aku memelukmu sebentar aja.” Ucapnya lesu.
Selang beberapa menit kami pun pulang kerumah. Tak ada satu kata pun yang terucap darinya.


            Kicauan burung membangunkanku dari tidurku. Aku pun bersiap berangkat kesekolah. Aku pun berusaha membangunkan Akito. Ttokkk… tokkk… tokkk… kuketuk pintunya namun tak ada jawaban. Dia kemana ya? Apa dia udah berangkat duluan. Coba deh kulihat. Aku pun perlahan membuka pintunya, ku intip sekeliling kamarnya.
“Akito.” Panggilku pelan. Aku pun perlahan mendekati tempat tidurnya, kulihat Akito masih berbaring disana. “Kamu ini, kalo ada orang ketuk pintu dijawab dong.” Namun dia tetap terdiam. Sepertinya ada yang aneh padanya, Akito seperti menggigil kedinginan. Aku pun mencoba menyentuh keningnya. Ahh, panas banget. Sepertinya dia demam gara-gara hujan semalam. Aku pun bergegas mengambil air hangat untuk mengkompresnya. Perlahan aku taruh kain kompres itu di atas keningnya. Kuselimuti dia dengan selimut yang lain.
Selang beberapa saat. Syukurlah demamnya sudah turun. Aku buatkan bubur dulu ahh. Selesai itu, aku langsung kembali kekamarnya. Kulihat Akito sedang berdiri didekat jendela.
“Akito. Kenapa kamu bangun? Kamu kan masih sakit jadi masih perlu istirahat dulu. ini aku barusan bikinin kamu bubur. cepat kembali ke tempat tidurmu.” Nasihatku.
Saat sedang menaruh bubur di atas meja, dia pun langsung menarik tanganku dan menjatuhkanku ditempat tidur. Badannya tepat menindih tubuhku.
            “A..Akito. Kamu mau apa?”
            “Apa kamu bener-bener menyukai kak Shinji?” wajahnya kelihatan serius banget.
            “Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu? Ya jelas aku sangat menyukainya, lebih suka dari apa yang kamu pikirkan.”
            “Iya bener juga, kamu emang bener-bener sangat menyukainya. Makanya itu kemarin saat sepulang sekolah kamu memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanmu padanya.” Ucapnya lesu.
Ternyata kemarin dia melihat saat aku nembak kak Shinji. Namun tiba-tiba tangannya yang besar memelukku erat-erat, hingga ku tak bisa bergerak.
            “Ka..kamu mau apa, Akito? Lepaskan aku. Aku gak bisa bergerak nih.”
            “Aku gak akan pernah melepaskanmu, aku akan terus memelukmu seperti ini. Gak akan kubiarkan orang lain mendekatimu.”
            “Apa maksudmu, Akito? Kamu nih gak ada hubungan apa-apa sama aku, jadi kenapa kamu harus mengaturku.”
            “Mulai saat ini, perasaanku padamu akan seperti pelukan ini. Makin erat, hingga kau tak bisa melepaskan diri dalam kurungan cintaku. Karena aku gak akan membiarkan itu.”
            “Apa kamu pikir dengan kata-katamu tadi membuatkku berdebar-debar? Nggak, sedkitpun aku gak berdebar-debar.” Bentakku.
            “Kamu emang bener-bener gak adil, Kana. Kamu memberikan semua perasaanmu pada kak Shinji, namun padaku. Sedikit perasaan berdebar pun gak ada.”
Sepertinya dia sangat kecewa padaku, tapi aku gak boleh goyah. Aku kan suka sama kak Shinji, gak mungkin suka dengan cowok nakal kayak dia. Perlahan dia melepaskan pelukannya. Aku pun bangun dari ranjangnya.
            “I..itu udah aku buatin bubur. Makanlah selagi masih hangat.” Aku bergegas keluar. Namun tiba-tiba dia meraih tanganku.
            “Aku gak mau makan kalo gak di suapin. Aku kan lagi sakit jadi perlu perhatian.”
            “Kamu ini bener-bener manja ya. Udah, makan aja.” Ucapku tegas. “Aku tinggal dulu ya, harus dihabiskan loh.” Aku pun langsung keluar melarikan diri darinya.
Huftt, didekat dia membuatku semakin takut. Kenapa dia bisa jadi seserem itu yah. Apa perasaannya emang bener serius. Ahh gak mungkin, dia pasti Cuma bohong. Akito, aku gak akan terpancing lagi.


            “Kalo pun dia bohong, aku mau jadi pacarnya.”ucap temenku sambil memandangi Akito yang sedang dikerumunin banyak cewek. “Soalnya dia cakep sih.”  
            “Ahh kamu ini. Kukasih tahu ya, dia itu cowok yang paling jahat sedunia. Saat masih kecil dia sering mengerjaiku, dia pernah menaruh serangga dalam tasku, dia juga pernah mencukur rambutku. Dia bener-bener cowok yang menakutkan.”
            “Bukannya hal itu dia lakukan karena dia suka padamu dan ingin diperhatiin?”
            “Mana ada cowok yang ngerjain cewek yang dia sukai. Itu sih emang sifat buruknya.” Ucapku kesel.
            “Iya deh, iya deh. Yang pernah dikerjain oleh Akito.”
            “Bukan pernah lagi, tapi sering banget. Hampir tiap hari malahan.”
Temenku itu pun tersenyum saat mendengar kekesalanku pada Akito.
            “Oh iya kemarin dia sakit ya? Kok sekarang udah masuk. Emang dia sakit apa?”
            “Cuma demam aja sih.”
            “Andai aku tau kalo dia sakit aku pasti langsung jenguk, aku akan merawatnya dengan sepenuh hati.”
            “Merawatnya? Lebih baik kamu pikir-pikir aja dulu deh kalo mau merawatnya.”
            “Emang kenapa, Kana?”
            “Dia itu cowok yang paling berbahaya, nanti kamu bisa di apa-apain sama dia.” Jelasku.
            “Gak apa-apa deh meskipun dia ngapa-ngapain aku. Aku ikhlas.” Guraunya.
            “Ihh kamu ini bener-bener gak waras ya?” kutersenyum.
Kamipun hanyut dalam canda tawa.
Sepulang sekolah.
            “Kana, aku pulang duluan ya?” ucap temenku.
            “Iya. Hati-hati dijalan ya.”
Ahh senengnya, hari ini aku juga akan pulang dengan kak Shinji. Sehari kemarin gak ketemu kak Shinji membuatku kangen banget, aku tunggu digerbang sekolah ahh. Selang beberapa saat seseorang menarik tanganku. Kukira itu kak Shinji, ternyata….
            “Akito.” Dia hanya tersenyum. Dia membawaku berlari menjauhi sekolah. “Ehh aku mau dibawa kemana? Lepaskan tanganku. Lepaskan.”
Namun dia gak memperdulikanku, dia tetap aja membawaku berlari. Genggamannya yang erat membuatku semakin tak bisa lepas darinya. Dan sampai lah kita disebuah tempat.
            “Taman bermain?”
            “Iya, taman bermain.” Senyumnya.
            “Ngapain kamu ajak aku kesini? Kamu kan bisa kesini sendirian?”
            “Kalo aku kesini sendirian, nanti aku bisa tersesat. Kalo aku tersesat nanti yang repot kan juga kamu.”
            “Dari dulu kamu emang selalu merepotkan.” Ucapku kesel. “Ya udah aku mau pulang aja.”
Saat akan beranjak dari tempat itu, tiba-tiba aja Akito memelukku dari belakang.
            “Kamu gak boleh pergi kemana-mana. Kamu hanya boleh bersamaku.”
            “Kamu ini apa-apa’an apa sih? Lepaskan aku. Malu tau diliatin orang-orang. Lepaskan.” Aku berusaha berontak. Namun pelukannya semakin kuat.
            “Kamu ingat kan kata-kataku yang kemarin. Aku gak akan membiarkanmu mendekati orang lain, aku gak akan membiarkanmu jauh dariku. Aku akan terus memelukmu erat seperti ini.”
Tiba-tiba kudengar ada beberapa orang yang membicarakan kita.
            “Ehh cowok itu cakep banget ya.”
            “Iya, dia juga manis. Tapi kenapa cowok itu memeluk seorang cewek. Siapa ya cewek itu? Apa dia itu pacarnya.”
            “Ahh gak mungkin dia pacarnya. Liat aja body cewek itu, udah kecil, mungil lagi. mungkin cewek itu adiknya.”
Uhh aku kesel banget, emang sih aku kecil tapi bukan berarti juga kan kalo aku ini adiknya. Aku gak mau jadi adiknya. Lagian ngapain sih mereka jelek-jelekkin aku.
Saat aku kesel mendengar kata-kata mereka, tiba-tiba aja. Mmmuach… sebuah ciuman mendarat dipipiku. Ciumannya itu membuatku semakin tak bisa berkata apa-apa. A…aa..Akito. kenapa dia menciumku.
            “Sayangku, ayo kita jalan-jalan ke tempat yang lain.”senyumnya.
Dia pun menggandeng tanganku dan membawaku jalan. Semua orang terpaku melihat keromantisan Akito itu. Sepertinya tadi dia melakukan itu sengaja hanya untuk membuatku seneng aja.
            “Ternyata Tokyo udah banyak berubah ya? Dulu disana ada penjual permen.” Ucapnya sambil menunjuk ke sudut taman bermain. “Meski banyak yang udah berubah, tapi Kana tetep gak berubah. Kana tetep jadi Kanaku yang dulu, kecil, mungil, dan penuh keceriaan.” Senyumnya.
            “Kamu juga gak berubah, tetep jahil seperti dulu.”
            “Jahil?” herannya.
            “Iya jahil. Kamu dulu pernah memasukkan serangga dalam tasku, kamu juga pernah mencukur rambutku. Hari-hari penuh kesengsaraan itu membuatku gak akan pernah melupakannya.” Jelasku.
            “Oo yang itu. Aku memasukkan serangga dalam tasmu karena seorang peramal pernah mengatakan padaku, kalo aku harus memberikan serangga pada cewek yang aku sukai. Dengan gitu cewek yang kusuka, akan berbalik menyukaiku. Kalo mencukur rambutmu. Habisnya sih, kamu dulu pernah bilang naksir sama seorang stylis. Aku kan jadi cemburu, dan mencukur rambutmu deh.”
Oo jadi semua itu dia lakukan karena ada alasannya. Tapi aku gak boleh percaya gitu aja, mungkin aja dia bohong sama aku. Aku gak boleh terjebak.
Sesampainya dirumah aku pun langsung mandi. Selesainya mandi.
            “Ehh kenapa kamu ada dikamarku?” tanyaku heran.
            “Aku kan ingin ketemu kamu, aku ingin selalu melihat wajahmu. 1 menit gak ketemu kamu membuatku kangen banget.”
            “Dasar pembual. Sana pergi, ini kan kamar cewek. Kamu gak bisa seenaknya keluar masuk seperti ini dong.”
            “Kenapa gak boleh? Cepat atau lambat kamu kan pasti jadi istriku, jadi gak apa-apa dong aku sering masuk kekamarmu.”
            “A..apa? istri? Ehh siapa juga yang mau jadi istrimu. jangan berkhayal deh.”
Saat sedang bertengkar dengan Akito, tiba tiba aja HPku berbunyi. Kringg..kringg..kringg.. aku pun langsung mengangkatnya tanpa memperdulikan Akito yang sedang berbaring diranjangku.
            “Hallo.”
            “Hallo, Kana. Kamu lagi ngapain?”
            “Ehh kak Shinji. Ini aku baru selesai mandi.”
            “Oo habis selesai mandi. Oh iya tadi siang aku menunggumu di pintu gerbang sekolah loh, kirain kamu menungguku disana. Padahal aku berharap bisa pulang bareng sama kamu.”
            “Oo. Ii..itu. maaf ya kak, tadi aku ada keperluan mendesak jadi harus buru-buru pulang.”
            “Ya udah gak apa-apa kalo gitu.”  
Dasar Akito, kalo bukan karena dia aku pasti udah pulang bareng sama kak Shinji. Lagipula aku juga gak mungkin ngomong sejujurnya kalo aku pulang sama Akito, nanti bisa-bisa kak Shinji berfikiran yang tidak-tidak tentang aku dan Akito.
            “Oh iya hari minggu besok kita jalan-jalan yukk. Kamu bisa kan?”
Waahh kak Shinji ngajak kencan. Hatiku rasanya berbunga-bunga. Aku pasti mau.
            “Iya. Aku…..” saat hendak menjawab ajakannya kak Shinji tiba-tiba aja Akito merampas HP ku.
            “Jelas gak bisa kan. Aku gak akan membiarkanmu mendekati Kana lagi, Kana hanya milikku satu-satunya. Aku menyukai Kana, lebih dari kamu. Jadi jangan pernah berfikir akan merebut Kana dariku.” Bentak Akito. Dia pun langsung menutup telponnya.
Akito. Apa yang dia lakukan? Beraninya dia berkata seperti itu pada kak Shinji. Tanpa sadar aku pun langsung menamparnya. Plaakkk… tamparan itu sangat keras mengenai pipinya.
            “Apa yang barusan kamu lakukan? Jangan pernah ikut campur masalah pribadiku. Untuk cowok sepertimu, pasti berfikir cinta itu gak ada. Tapi untukku ini adalah cinta pertamaku.” Bentakku. “Aku benci kamu, aku sangat membencimu. Aku gak mau melihatmu lagi. pergi dari sini. Aku udah muak dengan semua kata-kata bualanmu itu, dasar pembohong!!!!.”
            “Jadi kamu pikir semua kata-kataku itu Cuma bohong.” Kulihat ekspresi wajahnya sangat sedih. “Baiklah anggap semua itu bohong, anggap aku Cuma berbohong. Aku emang cowok brengsek yang gak pantas untukmu. Baiklah, mulai saat ini aku gak akan menampakkan diriku didepanmu lagi.” dia pun langsung pergi, kulihat dia sedang menangis.
Kenapa. Kenapa dia menangis. Kenapa dia begitu sedih? Apa yang tadi aku lakukan, kenapa aku menamparnya. Apa sikapku keterlaluan? Tanpa pikir panjang aku pun lagsung mengejarnya, kulihat dia akan membuka pintu. Sontak aku langsung memeluknya, kami berdua pun jatuh. Namun Akito menangkapku, kudekatkan wajahku padanya.
            “Kenapa? Kenapa perasaanku seperti ini? Meski tak pernah berdebar-debar saat didekatmu, tapi kenapa dadaku sakit saat kamu gak ada?” ucapku sambil menangis.
Kulihat wajah Akito agak terkejut. Saat melihat wajahnya, perasaanku pun gak bisa ditahan lagi. aku langsung mencium bibirnya. Selang beberapa saat aku pun melepaskan ciuman itu, namun tiba-tiba Akito memelukku dan menciumku. Ciumannya yang lembut seakan menandakan bahwa selama ini dia bener-bener sangat menyukaiku.
            “Udah lama aku menunggumu mengatakan hal itu, aku senang banget. seneng banget, Kana. Selama ini aku berharap kamu punya perasaan yang sama denganku.” Dia memelukku dengan sangat erat.
            “Selama ini?”
            “Iya, selama ini. Sejak kita masih kecil dulu, aku udah menyukaimu selama 10 tahun. Dan mulai sekarang aku akan balas dendam atas perasaanku yang begitu besar ini padamu.”
Dia pun langsung menciumku lagi. ciuman yang hangat, menandakan dimulainya kisah cinta yang selama 10 tahun ini tertunda.

^_^ THE END ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar