Minggu, 11 November 2012

Cross Of Love 1


Musim semi, musim yang di nanti setiap orang.Mereka semua pergi berlibur dan bersenang-senang, tapi gak begitu buatku.Musim semi yang membuatkukehilangan orang yang sangat penting dalam hidupku.Di sebuah kamar kuterduduk lesu di pinggiran ranjang.
            “Mama. .bangun Ma, bangun. .” suaraku menggema disetiap sudut rumah sakit. “Bangun Ma, bangun. Jangan tinggalkan aku sendiri, bangun Ma, bangun.Aku telah kehilangan Papa, aku gak mau lagi kehilangan Mama. Ayo Ma, aku mohon bangunlah.”
            Di pemakaman air mataku sudah tak bisa ditahan lagi, aku bersimpuh di makam Mamadan menangis sekeras-kerasnya. Dan tiba-tiba ada seseorangyang memegang pundakku.Aku pun berbalik.
            “Pak Guru…” sahutku.
Lelaki yang masih muda itu tersenyum padaku, aku pun spontan langsung berdiri dan memeluk lelaki itu.Serentak tangisanku bertambah keras dan sudah tak bisa dihentikan lagi.
            “Sudah, sudah.Jangan menangis lagi, kasian Mamamu.Dia pasti akan tambah sedih kalo ngeliat kamu yang seperti ini.”Ucapnya sambil menepuk-nepuk pundakku.
Namun Aku tak menghiraukannya, aku tetap menangis sambil memeluk erat Pak Guru kesayanganku itu.
            Setelah dari pemakaman, Pak Guru itu pun mengantarkanku pulang kerumah.
            “Terima kasih ya Pak sudah mengantarkan saya pulang.”
            “Sama-sama.”Senyum Pak Guru.Senyuman manis itu membuatku sedikit malu.
            “Rumah pasti akan sangat sepi setelah Mama pergi.” Sedihku.
Terlihat Pak Guru terdiam sejenak, seakan memikirkan sesuatu.
            “Ya sudah kalo gitu saya masuk dulu ya Pak.”
Saat Aku baru melangkah tiba-tiba…
            “Tunggu dulu Mayu.”Ucap Pak Gurusambil memegang tanganku. Aku pun berbalik.“Gimana kalo kamu tinggal bersamaku saja.”
Kata-kata Pak Guru muda itu sontak mengejutkanku. Mataku menatap tajam ke arah lelaki tampan itu.
            “Kamu jangan berfikir negatif dulu, aku hanya ingin menjagamu aja. Gak ada hal lain jadi kamu gak perlu khawatir.Kasian kalo kamu hanya tinggal sendiri, jelas gak akan ada yang menjagamu.”Ucap laki-laki itu untuk menenangkan pikiranku.
Namun tetap saja wajahku terkejut dengan kata-kata Pak Guru tadi. Satu kata pun tak bisa terucap dari bibirku.
            “Mayu terkejut ya? Maaf kalo udah membuatmu terkejut tapi saya hanya menawarkan saja, kalo Mayu gak mau ya saya juga gak akan memaksa.” Ucap laki-laki itu seraya tersenyum.“Ya sudah kalo gitu saya pulang dulu ya.”
Pak Guru tampan itu pun langsung pergi meninggalkanku yang masih terkejut dengan kata-katanya. Sampai-sampai aku tak bisa berucap apapun.Saat di kamar, beribu pertanyaan seketika muncul dalam benakku.Kenapa tiba-tiba Pak Guru berkata seperti itu? Bagaimana jika teman-teman sekolah tahu aku tinggal bersamanya? Memang sih aku suka sama Pak Guru,dia kan cakep, masih muda lagi tapi udah bisa menjadi seorang guru.namun apa aku harus tinggal bersamanya. Aku kan cewek,sedangkan Pak Guru Cowok. Bagaimana kata orang-orang nantinya?Tak henti-hentinya pertanyaan itu mendera pikiranku.












 

            Keesokan harinya saat di dalam kelas aku terus memikirkan kata-kata Pak Guru semalam.
            “Hei, kau melamun ya?” tiba-tiba seorang cewek mengagetkanku.
            “Ehh Lily. Gak kok, aku gak melamun.Aku hanya memikirkan Mamaku saja.”
            “Oh iya aku ikut berduka cita ya atas kepergian Mamamu.”Ucap sahabat karibku itu.
            “Makasih ya.”
            “Oh iya kamu kan masih dalam keadaan berduka, kenapa sekarang sudah masuk? Kamu kan boleh ijin untuk beberapa hari.”
            “Gak Ly, aku pengen terus sekolah. Kalo aku gak sekolah nanti aku bisa banyak ketinggalan pelajaran.”
            “Tapi kamu beneran gak apa-apa kan?”
“Beneran, aku gak apa-apa kok.Aku baik-baik aja.”Ucapku meyakinkannya.
“Syukurlah kalo gak apa-apa.Oh iya nanti ada pelajarannya Pak Yuji loh, kamu pasti semangat kalolagi  ngelihat Pak Guru yang tampan itu. Aduhh dia itu kok tampan banget ya, manis, baik, sabar, usianya juga masih 23 tahun tapi udah bisa jadi guru. Bener-bener cowok impian setiap cewek.Meski masih beberapa bulan mengajar disini namun dia udah di letakkan di tempat yang special di hati para murid cewek.Kalo ngeliat dia hatiku seakan meleleh. Ooh Pak Guruku.”
Aku pun tersenyum mendengar ucapan Lily yang panjang bagaikan kereta api itu. Melihat sahabatku itu tersenyum aku pun ikut tersenyum.Dari awal dia mengajar disekolah ini, aku sudah sangat suka padanya.Namun aku tak berharap banyak.Guru yang umurnya hanya terpaut 5 tahun dariku itu menjadi incaran banyak cewek d sekolah, bahkan diluar sekolah.
            “Selamat pagi semuanya.”Sapa Pak Yuji.
            “Selamat pagi Pak.”Murid menjawab.
Kami pun mengikuti pelajaran dengan tenang. Namun Aku masih terbayang kata-kata Pak Guru semalam. Aku gak menyangka Pak Guru akan bicara seperti itu. Saat pelajaran pun aku selalu memandangi wajahnya.Jantungku berdegup semakin kencang saat aku menatapnya.Perasaanku ini emang gak bisa disembunyikan.
Sepulang sekolah.
            “Mayu.” terdengar seorang cowok menyapaku.
            “Ehh Rendi.”
            “Aku turut berduka cita ya atas meninggalnya ibumu.”
            “Iya terima kasih.”Jawabku singkat.
            “Aku antar kamu pulang ya?”
            “Gak usah.Aku bisa pulang sendiri kok.”
            “Tapi aku…..”
            “Gak apa-apa.Aku bisa pulang sendiri, kamu gak usah khawatir.Akku baik-baik aja kok.” Potongku sambil tersenyum ke arah cowokmanis itu.
            “Mayu.”Sekali lagi terdengar suara cewek memanggilku.
            “Lily. Ada apa? Kenapa kamu lari?”
            “Pak Guru mencari mu tuh.”
            “Pak Guru… Pak Guru siapa?”
            “Pak Guru kesayanganmu. Siapa lagi kalo bukan Pak Yuji.”Lily berkata sambil tersenyum.“Ya udah aku pulang duluan ya. Dahh Mayu.”
“Tu..tunggu dulu.” namun Lily pun langsung sekejap menghilang dalam pandanganku. “Kenapa Pak Guru mencariku? Apa dia mau membicarakan masalah semalam? Aduh aku harus jawab gimana nih.”
Tanpa pikir panjang aku pun langsung datang keruangannya. Tok..tok..tok..
            “Permisi Pak.” Kulihat dia sedang berdiri dekat jendela.
            “Oh Mayu, mari silahkan masuk.”
            “Baik Pak.” Jawabku singkat. “Tadi Lily bilang Pak Guru mencari saya ya? Ada apa Pak?”
            “Iya Mayu. Saya liat dari tadi di kelas kamu ngelamun terus.Apa ada masalah yang kamu pikirkan?”
Hufft Pak Guru ini, udah tahu yang ku pikirkan itu adalah kata-katanya semalam. Kenapa dia malah bertanya?Ucapku dalam hati.
            “Gak ada apa-apa kok Pak. Mungkin saya Cuma  masih kepikiran sama Mama.”
            “Ohh gitu ya.Kenapa kamu sekarang udah ke sekolah?Kamu kan masih dapat ijin libur?”
            “Gak apa-apa kok Pak, saya ingin tetep ke sekolah.Saya gak mau ketinggalan pelajaran, saya gak mau ngecewain Mama.”
            “Ya udah kalo kemauanmu kayak gitu.Tapi kalo kamu ngerasa kurang baik, kamu gak apa-apa kok ijin untuk beberapa hari.Pihak sekolah juga pasti bisa memakluminya.”
            “Iya Pak, terima kasih.”
Dia pun hanya tersenyum padaku.Senyumannya itu sedikit membuatku malu.
            “Oh iya, kamu mau pulang kan? Mari sekalian aku antar.”
            “Gak usah Pak, saya bisa pulang sendiri.”
            “Saya tahu kamu bisa pulang sendiri, tapi apa gak boleh seorang Guru mengantarkan muridnya pulang? Ya untuk memastikan kalo muridnya yang paling manis ini pulang dengan selamat.” Ucapannya itu benar-benar meluluhkan hatiku.
Kami pun pulang bersama. Sesampainya di depan rumah.
            “Nah kita udah sampai.”Ucapnya.“Setelah ini kamu langsung istirahat ya, kamu pasti udah lelah seharian ini.”Ucapnya perhatian.Perhatiannya itu semakin membuat hatiku tak dapat ditahan lagi.
            “Tunggu dulu Pak.”Aku mencoba meraih tangannya.
            “Iya Mayu.”
            “Begini Pak. Tentang kata-kata Pak Guru semalam. Emm anu…” aku ragu mengucapkannya.
            “Kenapa Mayu?”
            “Saya mau tinggal bersama Pak Guru, tapi dengan satu syarat.”Kucoba memberanikan diri memngucapkanya.
            “Syarat apa?”
            “Ba..bagaimana..kalo kita menikah saja.” Kata-kata itu langsung meluncur begitu saja dari mulutku. Kulihat wajah Pak Guru pun sedikit terkejut. Sejenak kami terdiam, namun selang beberapa saat Pak Guru tersenyum. Dia mengusap-usap rambutku dengan lembut.Dia berbalik dan langsung pergi meninggalkanku yang saat itu masih terkejut dengan apa yang kukatakan barusan.
Aku pun langsung masuk dan membaringkan tubuhku di tempat tidur.Kenapa aku tiba-tiba bisa berfikir seperti itu.Apa yang sedang aku pikirkan sih, pasti Pak Guru gak suka dengan ucapanku tadi, pasti dia ngerasa sangat terkejut. Bagaimana ini? Tak henti-hentinya aku memikirkan kata-kataku  tadi. Baiklah besok aku akan minta maaf padanya.
Saat hari menjelang malam, tiba-tiba HP ku berbunyi. Kringg..kringg… Kulihat ada nomor baru, nomor siapa ya ini?Sepertinya aku gak kenal nomor ini.
            “Hallo.”
            “Hallo Mayu.” Terdengar suara cowok yang kukenal. “Ini Pak Yuji.”
            “Oh Pak Yuji. Ba..bagaimana Pak Guru tau nomorku?” tanyaku gugup.
            “Aku ini kan wali kelasmu, jadi pasti aku tau semua nomor HP muridku. Oh iya apa kamu udah tidur? Maaf ya kalo udah ganggu malam-malam.”
            “Gak apa-apa kok Pak, lagian saya juga belum tidur.”
            “Syukurlah kalo emang gak ganggu.”Terdengar dia tersenyum.
            “Pak Guru. Tentang perkataan saya tadi siang, saya……”
            “Oh iya kamu ada waktu gak sekarang?” tiba-tiba Pak Guru memotong kata-kataku.
            “Iy..Iya Pak. Ada. Emangnya ada apa?” jawabku gugup.
            “Kalo gitu bisa gak kamu nemenin saya jalan-jalan, saya lagi bosen nih. Pengen jalan-jalan.”
            “Jalan-jalan?” aku mengulang kata-katanya seakan tak percaya. Apa Pak Guru mengajakku kencan ya. Pikiranku pun semakin aneh.
            “Iya jalan-jalan.Emang kenapa?Kamu gak bisa ya?”
            “Bi..bisa kok Pak. Emmm, saya bisa temuin Pak Guru dimana?”
            “Di depan rumahmu.”
            “Di depan rumahku?” aku pun langsung membuka jendela. Kulihat Pak Guru bener-bener ada didepan rumah. “Baik Pak, tunggu dulu saya mau pakai jaket.”
            “Gimana kalo kamu pakai kimono aja.”Sarannya.
            “Memangnya kenapa Pak?” tanyaku heran.
            “Gak apa-apa, saya Cuma pengen ngelihat kamu pakai kimono aja. Lagian baju itu kan melambangkan budaya kita sendiri. Bisa kan?”
            “Baiklah Pak.”
Aku pun bergegas memakai kimono, perasaanku campur aduk gak karuan.Cowok yang selama ini kusuka, ngajak kencan.Tapi kenapa aku harus memakai kimono malam-malam gini ya.Aku pun langsung menemuinya didepan rumah.
            “Pak Guru udah lama nunggu ya?” pak Guru memandangiku lama. “Kenapa Pak? Jelek ya.”
            “Gak kok, ternyata kamu tetep cantik pakai kimono.”Senyumnya.Kata-kata itu membuatku malu.“Ayo kita jalan.”Kami pun jalan berdua seakan seperti sepasang kekasih.
            “Kenapa Pak Guru gak ngomong dari tadi kalo mau ngajak jalan ? Kalo Pak Guru ngomong dulu saya kan bisa siap-siap. Dari pada Pak Guru nunggu lama didepan rumah.”
            “Kalo saya ngomong dulu, gak akan bisa jadi kejutan dong.”Senyumannya kembali meluluhkan hatiku.
Aku pun terus berjalan mengikuti Pak Guru tanpa tahu kemana arah tujuannya.
            “Memangnya kita mau pergi kemana Pak Guru?”
            “Rahasia.Nanti kamu juga pasti tahu sendiri kalo udah sampai ditempatnya.”Kesekian kali dia memberikan senyuman manisnya padaku.Aku semakin penasaran sebenernya kita mau kemana sih, kenapa aku harus berpakaian kimono.
Kami terus berjalan. Kulihat tangan Pak Guru gemetaran, Pak Guru kedinginan. Sepertinya udah dari tadi Pak Guru menunggu didepan rumah. Tanpa berfikir panjang aku pun meraih tangannya, dan menggosok-gosokkan pada tanganku.
            “Kau mau apa Mayu?” pak Guru terkejut.
            “Udah, Pak Guru tenang aja. Dengan gini Pak Guru gak akan kedinginan lagi.” senyumku.
            “Ternyata saat tersenyum kamu manis juga ya.” Pujian Pak Guru itu bener-bener membuatku tak bisa berkata apa-apa. Kutertunduk malu sambil terus mngusap tangannya.“Ayo kita jalan lagi, nanti keburu acarnya selesai.”Dia pun langsung menggandeng tanganku.Hatiku bener-bener bahagia saat itu. Entah sampai kapan kebahagiaan itu akan bertahan.
Dan sampailah kita disebuah tempat.Banyak sekali orang yang mondar mandir disana.Tempat itu begitu ramai, lautan manusia mengelilingi setiap jalan sehingga sulit untuk berjalan.Semua orang memakai baju tradisonal sendiri-sendiri, seperti aku yang memakai kimono.
            “Pegang tanganku erat-erat ya?”
            “Iy..Iya Pak Guru.”Aku pun semakin erat memegang tangannya.“Sebenarnya ini acara apa sih Pak?”
            “Ini festival budaya tahunan.Kamu gak tau ya?” aku hanya menggelengkan kepala.“Ya udah kalo gitu ayo kita liat-liat yang lain.” Pak Guru mengajakku berkeliling di tempat itu. Berkat Pak Guru kesedihanku sedikit berkurang.
            “Wahh disana ada kembang api? Kita kesana ya?” aku pun langsung berlari tanpa hati-hati, dan tiba-tiba aku hampir tersandung. Namun Pak Guru seketika langsung menahanku dari belakang, dia memelukku.
            “Gak usah lari, nanti kamu bisa jatuh.”Nasihatnya lembut.
            “Iy..Iya Pak.” Dia pun kembali menggandeng tanganku. Perlahan kami berjalan menuju arah kembang api itu.
            “Wahh indahnya. Aku seakan ingin terbang menyatu dengan kembang api itu. Indah sekali kan Pak.”
            “Iya, indah sekali.Apa kamu senang?” aku pun menjawabnya dengan senyuman.
Malam itu langit sangat indah, dihiasi oleh beribu kembang api.
            “Kembang api tadi indah banget ya Pak Guru? Apa ini kejutan yang Pak Guru bilang?”
            “Sebenernya bukan ini kejutan yang mau aku kasih, tapi syukurlah kamu udah seneng.Melihatmu seneng aku juga ikut seneng.”
            “Emangnya kejutan apa yang mau Pak Guru kasih?”
            “Ehmm, itu rahasia.Kamu ikut aja, nanti juga tahu sendiri.”Dari tadi Cuma jawaban itu terus yang dia kasih, aku jadi semakin penasaran.
Dia pun mengajakku kesebuah tempat yang sepi.Kami menyusuri sebuah hutan yang sangat sepi, perasaanku mulai gak enak.
            “Pak Guru, sebenernya kita mau kemana? Kenapa tempatnya sepi gini, kenapa kita harus masuk ke hutan?” tanyaku takut.“Pak Guru. Aku takut, kita langsung pulang aja ya?” saat aku mau berbalik pulang tiba-tiba Pak Guru meraih tanganku.
            “Gak apa-apa, ntar lagi kita juga sampai.”
            “Gak Pak Guru, aku takut. Aku mau pulang aja, lagian juga ini udah larut malam.Kejutannya besok aja kalo udah pagi.”Ku semakin ketakutan.
            “Gak Mayu, ini harus kita selesaikan malam ini juga. Ini urusan yang penting banget. Aku janji, kalo ini semua udah selesai kita akan langsung pulang. Aku sendiri yang akan mengantarkanmu pulang.”Kata-kata itu semakin membuat perassanku jadi gak enak.
            “Tapi Pak Guru…”
            “Udah, kamu percaya aku kan?” tanya Pak Guru meyakinkan.
            “Ta…tapi Pak…”
Dia semakin erat memegang tanganku, genggamannya begitu erat sampai aku tak bisa melepaskannya.Dan tibalah kami didepan sebuah kuil yang cukup megah.Aneh, kenapa didalam hutan seperti ini ada sebuah kuil ya.Aku pun masuk, terlihat disana ada banyak orang yang sedang berkumpul.Kami pun melangkah bersama.
            “Pak Guru, sebenernya kita mau apa kesini?” tanyaku heran.Tapi dia gak penjawab, dia hanya tersenyum padaku.
Tiba-tiba salah satu di antara mereka mendekati kami.
            “Kalian sudah siap?”
            “Iya kami udah siap.” Jawab Pak Guru tegas. Aku masih gak ngerti apa yang mereka bicarakan.
            “Baiklah kalo gitu kita langsung saja prosesi pernikahannya.”
            “Per..per..nikahan?” ku memandang wajah Pak Guru.
            “Iya, malam ini juga kita akan menikah.Itu kan yang tadi siang kamu ucapkan?” senyumnya.
            “Iy..iya. Tapi….” Aku masih gak percaya.
            “Ssttt, kamu tenang aja. Pernikahan ini akan berjalan lancar, jadi harap tenang sedikit ya istriku.” Dia pun tersenyum lembut dan mencium keningku.Saat itu aku tak bisa berkata apa-apa lagi.kata-katanya, ciumannya, bener-bener seakan membuat jantungku berhenti berdetak.
Prosesi pernikahan pun berjalan, meski hanya beberapa orang yang hadir untuk menjadi saksi, meski tak ada satu pun orang tua dari kami berdua yang hadir namun pernikahan itu tetap bisa berjalan dengan hikmat.Dia pun langsung melingkarkan sebuah cincin dijari manisku, aku pun juga demikian. Pak Gurukemudian mencium keningku. Saat itu mulutku bener-bener gak bisa dibuka, aku gak tau apa yang seharusnya aku katakan.
            “Semoga kalian bisa menjadi sepasang suami istri yang bahagia ya.Yuji, jadilah suami yang baik dan selalu menjaga istrimu. Dan Mayu, jadilah istri yang berbakti pada suamimu. Meski kalian baru saling mengenal dan usia kalian pun masih sangat muda namun saya yakin kalian bisa saling menjaga satu sama lai.”Nasihat wali nikah kami.
            “Iya Pak.” Sejenak pak Guru menatap ke arahku. “Baiklah kalo gitu saya pamit dulu ya, lagian ini juga udah larut malam.Kasihan istriku pasti udah kelelahan.”
            “Oo ya udah kalo gitu.Hati-hati dijalan.”
Dia pun kembali menggandeng tanganku dengan sangat erat.
Kami pun berpamitan dan langsung pulang.Sampai pulang pun tak ada satu patah katapun yang terucap dari bibirku. Mulutku bener-bener terkunci rapat, gak tau apa yang harus aku katakan. Sesampainya didepan rumah.
            “Te..terima kasih ya Pak Guru udah nganter aku pulang.” Ucapnya malu-malu.
            “Aku bukan mau nganterin kamu pulang.”
Apa maksud dari kata-katanya itu.
            “Aku juga mau menginap dirumahmu.”Jawabnya sambil tersenyum.
            “Me..menginap?” tanyaku ragu.
            “Iya menginap. Kita kan udah resmi jadi sepasang suami istri, udah kewajibanku untuk selalu dekat denganmu dan menjagamu. Lagian juga cepat atau lambat kita akan tinggal serumah kan?” sambungnya.
Untuk kesekian kalinya kata-katanya itu membuatku terkejut dan hampir kehilangan kata-kata.
            “Ta..tapi…”
            “Udah, ayo cepat masuk.Kalo kelamaan diluar nanti kita berdua bisa kedinginan.”
            “Iy..iya Pak.”
Kami pun masuk ke dalam rumah.Hatiku berdebar gak karuan.Aku kemudian langsung menyiapkan kamar untuk tempat istirahat Pak Guru.
            “Pak Guru.Silahkan beristirahat, kamarnya udah saya bereskan.”Sambil menunjukkan sebuah kamar padanya.
“Terima kasih ya.”Ucapnya lembut. Pak Guru pun langsung masuk kekamar itu. “Loh kenapa kamu gak masuk juga?Apa kamu belum ngantuk?”
“Ng..nggak Pak. Saya tidur dikamar sebelah saja.”
“Emangnya kenapa?Apa kamu takut aku ngelakuin hal yang macem-macem padamu ya?” guraunya.
“Ng..nggak Pak. Bukan begitu. Maksud saya…”
“Ya udah kalo gitu tidur disini aja, kalo kita ada diruangan terpisah aku kan jadi gak bisa menjagamu.” Potongnya.“Kamu tenang aja aku gak akan macem-macem kok.Disamping sebagai istri, kamu kan juga masih muridku.”Senyumnya.
“Iy..iya Pak.” Aku pun perlahan masuk kekamar itu.Perlahan aku rebahkan tubuhku disamping Pak Yuji.Aku tak berani memandangnya, aku hanya berpura-pura menutup mata.
Namun masih ada sedikit kecemasan dihatiku.Aku masih gak nyangka bisa menikah dengan seseorang yang dari dulu sangat kusuka.Apa ini hanya mimpi? Jika ini hanya mimpi, aku gak mau terbangun.Aku ingin selamanya bermimpi.












 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar