Musim semi, musim yang di nanti
setiap orang.Mereka semua pergi berlibur dan bersenang-senang, tapi gak begitu
buatku.Musim semi yang membuatkukehilangan orang yang sangat penting dalam
hidupku.Di sebuah kamar kuterduduk lesu di pinggiran ranjang.
“Mama. .bangun Ma, bangun. .”
suaraku menggema disetiap sudut rumah sakit. “Bangun Ma, bangun. Jangan
tinggalkan aku sendiri, bangun Ma, bangun.Aku telah kehilangan Papa, aku gak
mau lagi kehilangan Mama. Ayo Ma, aku mohon bangunlah.”
Di pemakaman air mataku sudah tak
bisa ditahan lagi, aku bersimpuh di makam Mamadan menangis sekeras-kerasnya.
Dan tiba-tiba ada seseorangyang memegang pundakku.Aku pun berbalik.
“Pak Guru…” sahutku.
Lelaki
yang masih muda itu tersenyum padaku, aku pun spontan langsung berdiri dan
memeluk lelaki itu.Serentak tangisanku bertambah keras dan sudah tak bisa
dihentikan lagi.
“Sudah, sudah.Jangan menangis lagi,
kasian Mamamu.Dia pasti akan tambah sedih kalo ngeliat kamu yang seperti
ini.”Ucapnya sambil menepuk-nepuk pundakku.
Namun
Aku tak menghiraukannya, aku tetap menangis sambil memeluk erat Pak Guru
kesayanganku itu.
Setelah dari pemakaman, Pak Guru itu
pun mengantarkanku pulang kerumah.
“Terima kasih ya Pak sudah
mengantarkan saya pulang.”
“Sama-sama.”Senyum Pak Guru.Senyuman
manis itu membuatku sedikit malu.
“Rumah pasti akan sangat sepi
setelah Mama pergi.” Sedihku.
Terlihat
Pak Guru terdiam sejenak, seakan memikirkan sesuatu.
“Ya sudah kalo gitu saya masuk dulu
ya Pak.”
Saat
Aku baru melangkah tiba-tiba…
“Tunggu dulu Mayu.”Ucap Pak Gurusambil
memegang tanganku. Aku pun berbalik.“Gimana kalo kamu tinggal bersamaku saja.”
Kata-kata
Pak Guru muda itu sontak mengejutkanku. Mataku menatap tajam ke arah lelaki
tampan itu.
“Kamu jangan berfikir negatif dulu,
aku hanya ingin menjagamu aja. Gak ada hal lain jadi kamu gak perlu khawatir.Kasian
kalo kamu hanya tinggal sendiri, jelas gak akan ada yang menjagamu.”Ucap laki-laki
itu untuk menenangkan pikiranku.
Namun
tetap saja wajahku terkejut dengan kata-kata Pak Guru tadi. Satu kata pun tak
bisa terucap dari bibirku.
“Mayu terkejut ya? Maaf kalo udah
membuatmu terkejut tapi saya hanya menawarkan saja, kalo Mayu gak mau ya saya
juga gak akan memaksa.” Ucap laki-laki itu seraya tersenyum.“Ya sudah kalo gitu
saya pulang dulu ya.”
Pak
Guru tampan itu pun langsung pergi meninggalkanku yang masih terkejut dengan
kata-katanya. Sampai-sampai aku tak bisa berucap apapun.Saat di kamar, beribu
pertanyaan seketika muncul dalam benakku.Kenapa tiba-tiba Pak Guru berkata
seperti itu? Bagaimana jika teman-teman sekolah tahu aku tinggal bersamanya?
Memang sih aku suka sama Pak Guru,dia kan cakep, masih muda lagi tapi udah bisa
menjadi seorang guru.namun apa aku harus tinggal bersamanya. Aku kan
cewek,sedangkan Pak Guru Cowok. Bagaimana kata orang-orang nantinya?Tak
henti-hentinya pertanyaan itu mendera pikiranku.
Keesokan harinya saat di dalam kelas
aku terus memikirkan kata-kata Pak Guru semalam.
“Hei, kau melamun ya?” tiba-tiba
seorang cewek mengagetkanku.
“Ehh Lily. Gak kok, aku gak melamun.Aku
hanya memikirkan Mamaku saja.”
“Oh iya aku ikut berduka cita ya
atas kepergian Mamamu.”Ucap sahabat karibku itu.
“Makasih ya.”
“Oh iya kamu kan masih dalam keadaan
berduka, kenapa sekarang sudah masuk? Kamu kan boleh ijin untuk beberapa hari.”
“Gak Ly, aku pengen terus sekolah.
Kalo aku gak sekolah nanti aku bisa banyak ketinggalan pelajaran.”
“Tapi kamu beneran gak apa-apa kan?”
“Beneran, aku gak apa-apa kok.Aku
baik-baik aja.”Ucapku meyakinkannya.
“Syukurlah kalo gak apa-apa.Oh iya
nanti ada pelajarannya Pak Yuji loh, kamu pasti semangat kalolagi ngelihat Pak Guru yang tampan itu. Aduhh dia
itu kok tampan banget ya, manis, baik, sabar, usianya juga masih 23 tahun tapi
udah bisa jadi guru. Bener-bener cowok impian setiap cewek.Meski masih beberapa
bulan mengajar disini namun dia udah di letakkan di tempat yang special di hati
para murid cewek.Kalo ngeliat dia hatiku seakan meleleh. Ooh Pak Guruku.”
Aku
pun tersenyum mendengar ucapan Lily yang panjang bagaikan kereta api itu. Melihat
sahabatku itu tersenyum aku pun ikut tersenyum.Dari awal dia mengajar disekolah
ini, aku sudah sangat suka padanya.Namun aku tak berharap banyak.Guru yang
umurnya hanya terpaut 5 tahun dariku itu menjadi incaran banyak cewek d
sekolah, bahkan diluar sekolah.
“Selamat pagi semuanya.”Sapa Pak
Yuji.
“Selamat pagi Pak.”Murid menjawab.
Kami
pun mengikuti pelajaran dengan tenang. Namun Aku masih terbayang kata-kata Pak
Guru semalam. Aku gak menyangka Pak Guru akan bicara seperti itu. Saat
pelajaran pun aku selalu memandangi wajahnya.Jantungku berdegup semakin kencang
saat aku menatapnya.Perasaanku ini emang gak bisa disembunyikan.
Sepulang
sekolah.
“Mayu.” terdengar seorang cowok
menyapaku.
“Ehh Rendi.”
“Aku turut berduka cita ya atas
meninggalnya ibumu.”
“Iya terima kasih.”Jawabku singkat.
“Aku antar kamu pulang ya?”
“Gak usah.Aku bisa pulang sendiri
kok.”
“Tapi aku…..”
“Gak apa-apa.Aku bisa pulang
sendiri, kamu gak usah khawatir.Akku baik-baik aja kok.” Potongku sambil
tersenyum ke arah cowokmanis itu.
“Mayu.”Sekali lagi terdengar suara
cewek memanggilku.
“Lily. Ada apa? Kenapa kamu lari?”
“Pak Guru mencari mu tuh.”
“Pak Guru… Pak Guru siapa?”
“Pak Guru kesayanganmu. Siapa lagi
kalo bukan Pak Yuji.”Lily berkata sambil tersenyum.“Ya udah aku pulang duluan
ya. Dahh Mayu.”
“Tu..tunggu dulu.” namun Lily pun
langsung sekejap menghilang dalam pandanganku. “Kenapa Pak Guru mencariku? Apa
dia mau membicarakan masalah semalam? Aduh aku harus jawab gimana nih.”
Tanpa
pikir panjang aku pun langsung datang keruangannya. Tok..tok..tok..
“Permisi Pak.” Kulihat dia sedang
berdiri dekat jendela.
“Oh Mayu, mari silahkan masuk.”
“Baik Pak.” Jawabku singkat. “Tadi
Lily bilang Pak Guru mencari saya ya? Ada apa Pak?”
“Iya Mayu. Saya liat dari tadi di kelas
kamu ngelamun terus.Apa ada masalah yang kamu pikirkan?”
Hufft
Pak Guru ini, udah tahu yang ku pikirkan itu adalah kata-katanya semalam.
Kenapa dia malah bertanya?Ucapku dalam hati.
“Gak ada apa-apa kok Pak. Mungkin
saya Cuma masih kepikiran sama Mama.”
“Ohh gitu ya.Kenapa kamu sekarang
udah ke sekolah?Kamu kan masih dapat ijin libur?”
“Gak apa-apa kok Pak, saya ingin
tetep ke sekolah.Saya gak mau ketinggalan pelajaran, saya gak mau ngecewain
Mama.”
“Ya udah kalo kemauanmu kayak gitu.Tapi
kalo kamu ngerasa kurang baik, kamu gak apa-apa kok ijin untuk beberapa
hari.Pihak sekolah juga pasti bisa memakluminya.”
“Iya Pak, terima kasih.”
Dia
pun hanya tersenyum padaku.Senyumannya itu sedikit membuatku malu.
“Oh iya, kamu mau pulang kan? Mari
sekalian aku antar.”
“Gak usah Pak, saya bisa pulang
sendiri.”
“Saya tahu kamu bisa pulang sendiri,
tapi apa gak boleh seorang Guru mengantarkan muridnya pulang? Ya untuk
memastikan kalo muridnya yang paling manis ini pulang dengan selamat.”
Ucapannya itu benar-benar meluluhkan hatiku.
Kami
pun pulang bersama. Sesampainya di depan rumah.
“Nah kita udah
sampai.”Ucapnya.“Setelah ini kamu langsung istirahat ya, kamu pasti udah lelah
seharian ini.”Ucapnya perhatian.Perhatiannya itu semakin membuat hatiku tak dapat
ditahan lagi.
“Tunggu dulu Pak.”Aku mencoba meraih
tangannya.
“Iya Mayu.”
“Begini Pak. Tentang kata-kata Pak
Guru semalam. Emm anu…” aku ragu mengucapkannya.
“Kenapa Mayu?”
“Saya mau tinggal bersama Pak Guru,
tapi dengan satu syarat.”Kucoba memberanikan diri memngucapkanya.
“Syarat apa?”
“Ba..bagaimana..kalo kita menikah
saja.” Kata-kata itu langsung meluncur begitu saja dari mulutku. Kulihat wajah
Pak Guru pun sedikit terkejut. Sejenak kami terdiam, namun selang beberapa saat
Pak Guru tersenyum. Dia mengusap-usap rambutku dengan lembut.Dia berbalik dan
langsung pergi meninggalkanku yang saat itu masih terkejut dengan apa yang
kukatakan barusan.
Aku
pun langsung masuk dan membaringkan tubuhku di tempat tidur.Kenapa aku
tiba-tiba bisa berfikir seperti itu.Apa yang sedang aku pikirkan sih, pasti Pak
Guru gak suka dengan ucapanku tadi, pasti dia ngerasa sangat terkejut.
Bagaimana ini? Tak henti-hentinya aku memikirkan kata-kataku tadi. Baiklah besok aku akan minta maaf
padanya.
Saat
hari menjelang malam, tiba-tiba HP ku berbunyi. Kringg..kringg… Kulihat ada
nomor baru, nomor siapa ya ini?Sepertinya aku gak kenal nomor ini.
“Hallo.”
“Hallo Mayu.” Terdengar suara cowok
yang kukenal. “Ini Pak Yuji.”
“Oh Pak Yuji. Ba..bagaimana Pak Guru
tau nomorku?” tanyaku gugup.
“Aku ini kan wali kelasmu, jadi
pasti aku tau semua nomor HP muridku. Oh iya apa kamu udah tidur? Maaf ya kalo
udah ganggu malam-malam.”
“Gak apa-apa kok Pak, lagian saya
juga belum tidur.”
“Syukurlah kalo emang gak ganggu.”Terdengar
dia tersenyum.
“Pak Guru. Tentang perkataan saya
tadi siang, saya……”
“Oh iya kamu ada waktu gak
sekarang?” tiba-tiba Pak Guru memotong kata-kataku.
“Iy..Iya Pak. Ada. Emangnya ada
apa?” jawabku gugup.
“Kalo gitu bisa gak kamu nemenin
saya jalan-jalan, saya lagi bosen nih. Pengen jalan-jalan.”
“Jalan-jalan?” aku mengulang
kata-katanya seakan tak percaya. Apa Pak Guru mengajakku kencan ya. Pikiranku
pun semakin aneh.
“Iya jalan-jalan.Emang kenapa?Kamu
gak bisa ya?”
“Bi..bisa kok Pak. Emmm, saya bisa
temuin Pak Guru dimana?”
“Di depan rumahmu.”
“Di depan rumahku?” aku pun langsung
membuka jendela. Kulihat Pak Guru bener-bener ada didepan rumah. “Baik Pak,
tunggu dulu saya mau pakai jaket.”
“Gimana kalo kamu pakai kimono aja.”Sarannya.
“Memangnya kenapa Pak?” tanyaku
heran.
“Gak apa-apa, saya Cuma pengen
ngelihat kamu pakai kimono aja. Lagian baju itu kan melambangkan budaya kita
sendiri. Bisa kan?”
“Baiklah Pak.”
Aku
pun bergegas memakai kimono, perasaanku campur aduk gak karuan.Cowok yang
selama ini kusuka, ngajak kencan.Tapi kenapa aku harus memakai kimono
malam-malam gini ya.Aku pun langsung menemuinya didepan rumah.
“Pak Guru udah lama nunggu ya?” pak
Guru memandangiku lama. “Kenapa Pak? Jelek ya.”
“Gak kok, ternyata kamu tetep cantik
pakai kimono.”Senyumnya.Kata-kata itu membuatku malu.“Ayo kita jalan.”Kami pun
jalan berdua seakan seperti sepasang kekasih.
“Kenapa Pak Guru gak ngomong dari
tadi kalo mau ngajak jalan ? Kalo Pak Guru ngomong dulu saya kan bisa
siap-siap. Dari pada Pak Guru nunggu lama didepan rumah.”
“Kalo saya ngomong dulu, gak akan
bisa jadi kejutan dong.”Senyumannya kembali meluluhkan hatiku.
Aku
pun terus berjalan mengikuti Pak Guru tanpa tahu kemana arah tujuannya.
“Memangnya kita mau pergi kemana Pak
Guru?”
“Rahasia.Nanti kamu juga pasti tahu
sendiri kalo udah sampai ditempatnya.”Kesekian kali dia memberikan senyuman
manisnya padaku.Aku semakin penasaran sebenernya kita mau kemana sih, kenapa
aku harus berpakaian kimono.
Kami
terus berjalan. Kulihat tangan Pak Guru gemetaran, Pak Guru kedinginan.
Sepertinya udah dari tadi Pak Guru menunggu didepan rumah. Tanpa berfikir
panjang aku pun meraih tangannya, dan menggosok-gosokkan pada tanganku.
“Kau mau apa Mayu?” pak Guru
terkejut.
“Udah, Pak Guru tenang aja. Dengan
gini Pak Guru gak akan kedinginan lagi.” senyumku.
“Ternyata saat tersenyum kamu manis
juga ya.” Pujian Pak Guru itu bener-bener membuatku tak bisa berkata apa-apa.
Kutertunduk malu sambil terus mngusap tangannya.“Ayo kita jalan lagi, nanti
keburu acarnya selesai.”Dia pun langsung menggandeng tanganku.Hatiku
bener-bener bahagia saat itu. Entah sampai kapan kebahagiaan itu akan bertahan.
Dan
sampailah kita disebuah tempat.Banyak sekali orang yang mondar mandir
disana.Tempat itu begitu ramai, lautan manusia mengelilingi setiap jalan
sehingga sulit untuk berjalan.Semua orang memakai baju tradisonal
sendiri-sendiri, seperti aku yang memakai kimono.
“Pegang tanganku erat-erat ya?”
“Iy..Iya Pak Guru.”Aku pun semakin
erat memegang tangannya.“Sebenarnya ini acara apa sih Pak?”
“Ini festival budaya tahunan.Kamu
gak tau ya?” aku hanya menggelengkan kepala.“Ya udah kalo gitu ayo kita
liat-liat yang lain.” Pak Guru mengajakku berkeliling di tempat itu. Berkat Pak
Guru kesedihanku sedikit berkurang.
“Wahh disana ada kembang api? Kita
kesana ya?” aku pun langsung berlari tanpa hati-hati, dan tiba-tiba aku hampir
tersandung. Namun Pak Guru seketika langsung menahanku dari belakang, dia
memelukku.
“Gak usah lari, nanti kamu bisa
jatuh.”Nasihatnya lembut.
“Iy..Iya Pak.” Dia pun kembali
menggandeng tanganku. Perlahan kami berjalan menuju arah kembang api itu.
“Wahh indahnya. Aku seakan ingin
terbang menyatu dengan kembang api itu. Indah sekali kan Pak.”
“Iya, indah sekali.Apa kamu senang?”
aku pun menjawabnya dengan senyuman.
Malam
itu langit sangat indah, dihiasi oleh beribu kembang api.
“Kembang api tadi indah banget ya
Pak Guru? Apa ini kejutan yang Pak Guru bilang?”
“Sebenernya bukan ini kejutan yang
mau aku kasih, tapi syukurlah kamu udah seneng.Melihatmu seneng aku juga ikut
seneng.”
“Emangnya kejutan apa yang mau Pak
Guru kasih?”
“Ehmm, itu rahasia.Kamu ikut aja,
nanti juga tahu sendiri.”Dari tadi Cuma jawaban itu terus yang dia kasih, aku
jadi semakin penasaran.
Dia
pun mengajakku kesebuah tempat yang sepi.Kami menyusuri sebuah hutan yang
sangat sepi, perasaanku mulai gak enak.
“Pak Guru, sebenernya kita mau
kemana? Kenapa tempatnya sepi gini, kenapa kita harus masuk ke hutan?” tanyaku
takut.“Pak Guru. Aku takut, kita langsung pulang aja ya?” saat aku mau berbalik
pulang tiba-tiba Pak Guru meraih tanganku.
“Gak apa-apa, ntar lagi kita juga
sampai.”
“Gak Pak Guru, aku takut. Aku mau
pulang aja, lagian juga ini udah larut malam.Kejutannya besok aja kalo udah
pagi.”Ku semakin ketakutan.
“Gak Mayu, ini harus kita selesaikan
malam ini juga. Ini urusan yang penting banget. Aku janji, kalo ini semua udah
selesai kita akan langsung pulang. Aku sendiri yang akan mengantarkanmu
pulang.”Kata-kata itu semakin membuat perassanku jadi gak enak.
“Tapi Pak Guru…”
“Udah, kamu percaya aku kan?” tanya
Pak Guru meyakinkan.
“Ta…tapi Pak…”
Dia
semakin erat memegang tanganku, genggamannya begitu erat sampai aku tak bisa
melepaskannya.Dan tibalah kami didepan sebuah kuil yang cukup megah.Aneh,
kenapa didalam hutan seperti ini ada sebuah kuil ya.Aku pun masuk, terlihat
disana ada banyak orang yang sedang berkumpul.Kami pun melangkah bersama.
“Pak Guru, sebenernya kita mau apa
kesini?” tanyaku heran.Tapi dia gak penjawab, dia hanya tersenyum padaku.
Tiba-tiba
salah satu di antara mereka mendekati kami.
“Kalian sudah siap?”
“Iya kami udah siap.” Jawab Pak Guru
tegas. Aku masih gak ngerti apa yang mereka bicarakan.
“Baiklah kalo gitu kita langsung
saja prosesi pernikahannya.”
“Per..per..nikahan?” ku memandang
wajah Pak Guru.
“Iya, malam ini juga kita akan
menikah.Itu kan yang tadi siang kamu ucapkan?” senyumnya.
“Iy..iya. Tapi….” Aku masih gak
percaya.
“Ssttt, kamu tenang aja. Pernikahan ini
akan berjalan lancar, jadi harap tenang sedikit ya istriku.” Dia pun tersenyum lembut
dan mencium keningku.Saat itu aku tak bisa berkata apa-apa lagi.kata-katanya,
ciumannya, bener-bener seakan membuat jantungku berhenti berdetak.
Prosesi
pernikahan pun berjalan, meski hanya beberapa orang yang hadir untuk menjadi
saksi, meski tak ada satu pun orang tua dari kami berdua yang hadir namun
pernikahan itu tetap bisa berjalan dengan hikmat.Dia pun langsung melingkarkan
sebuah cincin dijari manisku, aku pun juga demikian. Pak Gurukemudian mencium
keningku. Saat itu mulutku bener-bener gak bisa dibuka, aku gak tau apa yang
seharusnya aku katakan.
“Semoga kalian bisa menjadi sepasang
suami istri yang bahagia ya.Yuji, jadilah suami yang baik dan selalu menjaga
istrimu. Dan Mayu, jadilah istri yang berbakti pada suamimu. Meski kalian baru
saling mengenal dan usia kalian pun masih sangat muda namun saya yakin kalian
bisa saling menjaga satu sama lai.”Nasihat wali nikah kami.
“Iya Pak.” Sejenak pak Guru menatap
ke arahku. “Baiklah kalo gitu saya pamit dulu ya, lagian ini juga udah larut
malam.Kasihan istriku pasti udah kelelahan.”
“Oo ya udah kalo gitu.Hati-hati dijalan.”
Dia
pun kembali menggandeng tanganku dengan sangat erat.
Kami
pun berpamitan dan langsung pulang.Sampai pulang pun tak ada satu patah katapun
yang terucap dari bibirku. Mulutku bener-bener terkunci rapat, gak tau apa yang
harus aku katakan. Sesampainya didepan rumah.
“Te..terima kasih ya Pak Guru udah
nganter aku pulang.” Ucapnya malu-malu.
“Aku bukan mau nganterin kamu
pulang.”
Apa
maksud dari kata-katanya itu.
“Aku juga mau menginap
dirumahmu.”Jawabnya sambil tersenyum.
“Me..menginap?” tanyaku ragu.
“Iya menginap. Kita kan udah resmi
jadi sepasang suami istri, udah kewajibanku untuk selalu dekat denganmu dan
menjagamu. Lagian juga cepat atau lambat kita akan tinggal serumah kan?”
sambungnya.
Untuk
kesekian kalinya kata-katanya itu membuatku terkejut dan hampir kehilangan
kata-kata.
“Ta..tapi…”
“Udah, ayo cepat masuk.Kalo kelamaan
diluar nanti kita berdua bisa kedinginan.”
“Iy..iya Pak.”
Kami
pun masuk ke dalam rumah.Hatiku berdebar gak karuan.Aku kemudian langsung
menyiapkan kamar untuk tempat istirahat Pak Guru.
“Pak Guru.Silahkan beristirahat,
kamarnya udah saya bereskan.”Sambil menunjukkan sebuah kamar padanya.
“Terima kasih ya.”Ucapnya lembut. Pak
Guru pun langsung masuk kekamar itu. “Loh kenapa kamu gak masuk juga?Apa kamu belum
ngantuk?”
“Ng..nggak Pak. Saya tidur dikamar
sebelah saja.”
“Emangnya kenapa?Apa kamu takut aku
ngelakuin hal yang macem-macem padamu ya?” guraunya.
“Ng..nggak Pak. Bukan begitu. Maksud
saya…”
“Ya udah kalo gitu tidur disini aja,
kalo kita ada diruangan terpisah aku kan jadi gak bisa menjagamu.”
Potongnya.“Kamu tenang aja aku gak akan macem-macem kok.Disamping sebagai
istri, kamu kan juga masih muridku.”Senyumnya.
“Iy..iya Pak.” Aku pun perlahan masuk
kekamar itu.Perlahan aku rebahkan tubuhku disamping Pak Yuji.Aku tak berani
memandangnya, aku hanya berpura-pura menutup mata.
Namun
masih ada sedikit kecemasan dihatiku.Aku masih gak nyangka bisa menikah dengan
seseorang yang dari dulu sangat kusuka.Apa ini hanya mimpi? Jika ini hanya
mimpi, aku gak mau terbangun.Aku ingin selamanya bermimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar