Terdengar suara burung-burung
membangunkanku dari tidur.Ternyata udah pagi.Aku pun berbalik arah, merasakan
sesuatu yang aneh.Kenapa bantal gulingku gak empuk ya?Aku mencoba membuka mata.Kulihat
seorang pria tertidur pulas disampingku, dan gak sengaja tadi aku memeluknya.PakYuji.Kenapa
dia bisa ada disini?Aku mencoba bangun dan mengingat apa yang sebenarnya
terjadi. Oh iya aku dan Pak Yuji kan udah menikah, pantesan aja dia ada disini.
Aku pun tersenyum.Aku seneng banget ternyata ini bukan mimpi, aku bener-bener
menikah dengan Pak Yuji.Oh iya aku harus siapin sarapan untuk suamiku ini. Aku
pun bergegas pergi ke dapur dan memasak beberapa makanan untuknya.
“Kau sedang apa?” suara Pak Guru
mengagetkanku.
“Oh Pak Guru udah bangun. Selamat
pagi Pak Yuji.” Aku memberinya sebuah senyuman manis.
“Baunya kelihatannya enak, jadi
lapar nih.”
“Iya Pak, sebentar lagi juga matang.
Pak Guru tunggu aja ya?” ucapku. Dia pun
membalasnya dengan senyuman lembut.
“Nah masakannya udah matang.”Aku
meletakkannya di meja makan.
“Emm, dari baunya sepertinya udah
kelihatan ini enak.” Pak Guru pun menyicipinya. “Wahh ini bener-bener enak banget.Kamu
pintar memasak ya?” pujinya.
Aku
pun membalasnya dengan senyuman.Kami pun makan bersama, aku senang melihat Pak
Yuji makan dengan lahap.
“Ahh, aku bener-bener kenyang
banget.” ucap Pak Guru.“Udah lama aku gak makan makanan seenak ini.”
“Memangnya selama ini Pak Guru makan
apa?”
“Ya Cuma makan mie ramen aja,
soalnya aku juga gak bisa masak sih.”Candanya.
“Ya udah mulai sekarang aku akan
selalu memasak untuk Pak Guru, jadi Pak Guru gak prelu makan mie ramen lagi.”
senyumku.
“Baiklah kalo gitu, sini biar aku
yang cuci piring.”
“Gak perlu Pak, biar aku aja.”
“Udah, gak apa-apa biar aku aja.Kalo
Cuma cuci piring aku juga bisa.Kamu kan udah masak, jadi giliranku untuk
mencuci piring. Sebagai suami istri kita kan harus berbagi tugas.”Senyumnya.
“Baiklah kalo gitu aku mau siap-siap
berangkat ke sekolah ya Pak Guru?”
“Ke sekolah?” tanyanya heran.“Untuk
3 hari kedepan kamu gak perlu berangkat kesekolah dulu, aku udah
mengijinkanmu.”
“Kenapa gak perlu sekolah Pak Guru?”
tanyaku heran.
“Kamu kan masih harus beres-beres
untuk pindah kerumahku,dan lagian juga aku pengen sejenak beristirahat. Aku
juga udah dapat cuti dari sekolah, jadi aku bisa menemanimu dirumah.”
“Tapi Pak, kalo kita sama-sama gak
ada bisa-bisa seluruh sekolah akan curiga?”
“Kamu gak perlu khawatir.Mereka akan
mengira kamu masih sedih dengan kepergian Mamamu, makanya kamu ijin gak
sekolah.”Jelasnya.“Ya udah kalo gitu kamu kemasi semua barang yang mau kamu
bawa, setelah itu kamu akan pindah kerumah kita.” Senyumnya.
Aku
pun bergegas mengemasi semua barang-barangku.Sejenak kumelihat foto Mama.Mama,
sekarang Mayu udah bersuami.Dia adalah cowok yang selama ini Mayu sukai.Doakan
Mayu agar bisa jadi istri yang baik untuk Pak Guru ya Ma.Aku tersenyum dan
mencium fotonya. Kumasukkan foto itu kedalam tas.
“Kamu udah siap?” tanya Pak Guru.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum. “Baiklah kalo gitu ayo kita pulang kerumah
kita yang baru.”
Pak
Guru membawakan tasku. Kami berjalan bersama, Pak Guru menggandeng tanganku
erat-erat. Sampai saat itu pun aku masih belum bisa percaya aku bisa menikah
dengan cowok sebaik, selembut dan setampan Pak Guru.Sesampainya didepan sebuah
rumah.
“Nah ini dia rumah kita.Ayo masuk.”
Aku
pun mengikuti langkah kakinya. Banyak bunga-bunga kecil menghiasi rumah itu,
meski hanya rumah sederhana namun sepertinya aku akan sangat betah tinggal
disana.Kami pun duduk disebuah ruangan kecil, hanya ada sebuah meja disana.
“Maaf ya, rumahnya sederhana.”
“Gak apa-apa kok Pak Guru, udah
diperbolehkan tinggal disini aja saya udah banyak berterima kasih.Terima kasih
ya Pak, maaf udah banyak merepotkan.”
“Gak kok, aku gak ngerasa
direpotin.Aku malah seneng bisa tinggal bersama istriku, jadi aku gak akan
ngerasa kesepian lagi.” senyumnya.“Sini aku tunjukkan kamarnya, kamu bisa
sekalian beristirahat.”
Diruang tamu hanya ada meja lantai, enggak ada kursi atau pun sofa. Meja
itu pun juga biasanya dipakai untuk makan. Bener-bener rumah yang sederhana. Dia pun menunjukkan sebuah
kamar yang bersebelahan dengan ruang tamu.
“Ini kamar kita.”Ucapnya.Terlihat
sebuah tempat tidur berada disana.Dan ada sebuah jendela disampingnya.Dari luar
jendela aku bisa melihat pemandangan yang indah disana.
“Wahh indahnya, aku bisa melihat
gunung Fuji dari sini.Langitnya juga terlihat sangat indah.”
“Kamu suka?”
“Iya.”Senyumku.
“Syukurlah kalo kamu suka.Oh iya
kamu gak masalah kan kalo kita tidur bersama? Karena Cuma ada 1 kamar
disini.Tapi kalo kamu keberatan aku bisa kok tidur diruang tamu.”
“Mmm, gak Pak. Aku gak ngerasa
keberatan. Jadi Pak Guru gak perlu tidur diruang tamu, kasihan nanti bisa sakit
kalo tidur diluar. Lagian Pak Guru kan udah pernah bilang sendiri, kalo
terpisah jadinya Pak Guru gak bisa menjagaku.” Ucapku untuk menenangkannya.
“Baguslah kalo gitu, jadi aku bisa
melihatmu tidur dengan air liur yang menetes.”Guraunya.
“Emhh, Pak Guru.”
Sejak
saat itu kehidupan rumah tangga kami diwarnai saling canda.Tak ada lagi rasa
canggung.
“Ya udah kalo gitu aku mau pergi
sebentar ya.”
“Pak Guru mau kemana?”
“Ada beberapa urusan yang harus aku
selesaikan, kamu istirahat aja.”
“Baiklah kalo gitu.Hati-hati dijalan
ya Pak.”Aku pun mengatarkannya sampai kedepan pintu.Tiba-tiba dia mencium
keningku.
“Hati-hati dirumah ya.Kalo ada
apa-apa kamu langsung hubungi aku aja.”
Aku
pun langsung masuk kekamar dan membaringkan tubuhku disana.Aku melihat cincin
yang melingkar dijari manisku.Sekarang aku udah menikah, aku harus jadi istri
yang baik untuknya.Aku harus menunjukkan rasa sayangku padanya.Ku cium cincin
itu.Aku cinta Pak Guru, sangat cinta.Tak terasa aku pun tertidur diranjang itu.
Saat
kuterbangun hari udah sore.
“Kenapa udah sore gini Pak Guru belum
pulang ya? Oh iya nanti malam aku mau masak apa ya untuk Pak Guru? Aku mau liat
ahh apa yang bisa aku masak di dapur.”Saat didapur dan melihat isilemari.“Ke..kenapa
semuanya Cuma ada mie ramen? Sama sekali gak ada bahan makanan yang bisa aku
masak.Hufft, terpaksa aku harus belanja dulu.Mudah-mudahan sore gini masih ada
pasar yang buka.”
Aku
pun bergegas pergi kepasar, banyak pasar yang udah tutup.Tapi untung aja masih
ada yang buka.Setelah membeli beberapa sayur aku segera pulang.Sesampainya
dirumah.
“Dari mana aja kamu dari tadi?
Kenapa gak bawa HP.” pak Guru mencegatku di balik pintu. Sepertinya dia marah.
“I..ini Pak Guru. A..aku barusan
abis ke pasar beli beberapa…..” belum selesai kata-kataku, tiba-tiba Pak Guru
memelukku dengan sangat erat.
“Lain kali kalo kamu mau pergi
kemana aja, kamu harus memberitahuku dulu ya.Dan ingat, kamu haru selalu
membawa HP kemana pun kamu pergi.”
Sepertinya
dia mengkhawatirkanku.
“Maaf Pak.” Aku pun balas
memeluknya.
Kemudian
aku segera menyiapkan makan malam untuknya.
“Mari silahkan makan.”Ucapku.
“Terima kasih ya Mayu atas
makanannya.”Senyumnya. “Oh iya Mayu besok kita akan berlibur ke Pulau Jeju.
Jadi kamu siapin barang-barangmu ya.”
“Berlibur?”
“Iya berlibur, tadi aku udah pesan
tiket kesana. Aku juga udah pesan tempat disana, jadi 3 hari kedepan kita akan
berlibur disana. Pulau Jeju juga terkenal dengan pantainya yang indah, udah gak
sabar pengen berenang.”Senyumnya.
Apa maksud Pak Guru ini seperti honey
moon, tapi aku gak berani untuk bertanya. Kenapa Pak Guru tiba-tiba mengajakku
ke Pulau Jeju. Setelah makan aku pun bergegas mengemasi barang-barangku dan
barang Pak Guru yang akan dibawa besok.
Keesokan
paginya kami udah bersiap-siap untuk berangkat.
“Gak ada Pak Guru, semuanya udah
lengkap.”Senyumku.
“Baiklah kalo gitu.Ayo kita
berangkat.”Semangatnya.
Kami
pun berangkat ke Pulau Jeju dengan pesawat. Selama perjalanan kesana Pak Guru
selalu menjagaku dengan baik. Sesampainya di penginapan aku langsung buru-buru
masuk dan melihat ke arah luar jendela.
“Bukan Cuma pantai, kamu juga bisa
melihat matahari terbenam dari sini.”
“Benarkah?Waah pasti keren banget.”
“Aku sengaja memesan tempat ini
untukmu.Kamu suka?”
“Suka Pak Guru, suka banget. Terima
kasih ya Pak.”Senyumku.“Aku jadi gak sabar pengen langsung ke pantai itu.”Aku
pun berlari turun.
“Tunggu Mayu….” Kata-kata Pak Guru
itu tak kuhiraukan.
Aku
langsung menghampiri pantai yang indah itu.
“Wahh indah banget pantainya,
udaranya juga sangat sejuk.”
Banyak
wisatawan yang juga sedang asyik menikmati pantai itu. Ada yang bermain
voli,berenang bahkan hanya sekedar berjemur. Aku pun juga ikut menikmati
keindahan pantai tersebut.Aku mendekat ke tepi pantai, ombak pun menghempas
kakiku.Aku bermain bagaikan seorang anak kecil, hingga ku tak sadar bajuku udah
basah semua.Main di pantai ternyata asyik juga ya. Oh iya Pak Guru kemana ya?
Kok gak kelihatan, apa dia gak suka bermain di pantai. Tiba-tiba aja
“Haattchiiii….” Ahh sepertinya aku kena flu nih gara-gara bajuku basah semua.
Mataku mencoba mencari sesuatu di sekeliling pantai itu, kulihat ada sebuah
kedai minuman hangat disana.“Nah sepertinya disana menjual minuman hangat, aku
beli ahh.”
Sesampainya
di kedai itu.
“Bu, minuman hangatnya 1 ya?”
pintaku.
“Baik, tunggu sebentar ya.”ucapnya
lembut.
Selagi
menunggu, aku pun menggosok-gosokkan kedua tanganku agar gak terlalu
kedinginan.
“Sendirian ya cantik?Kasian, lgi
kedinginan ya?” tiba-tiba suara seorang cowok mengagetkanku dari belakang.Namun
aku hanya terdiam.“Sini biar aku bantu menghangatkan tanganmu biar gak
kedinginan.”Sela salah seorang temannya.Dia pun langsung meraih tanganku.
“Apa-apaan kamu ini?Lepaskan
tanganku.”Aku berusaha melepaskan tanganku.
“Udahlah nona cantik, biar kami
bantu.” Mereka semakin erat memegang tanganku.
“Tidak..jangan… Lepaskan, lepaskan
tanganku.”Saat aku hampir menangis, tiba-tiba ada seseorang yang memukul salah
satu dari mereka.
“Sialan. Siapa kamu, brengsek?”
tanya preman itu sambil mengusap darah yang keluar dari selah-selah bibirnya.
“Berani-beraninya kamu memukul teman kami.” Jawab teman yang lain.
“Seharusnya aku yang bertanya.Kalian
siapa?Beraninya kalian ganggu gadis itu?” ternyata dia Pak Guru, Pak Yuji,
suamiku.Pak Guru pun langsung menghampiriku dan memelukku dengan hangat. “Gadis
ini gak datang sendirian.Apa kalian gak melihat ini?”pak Guru menunjuk jari
manisku yang melingkar sebuah cincin.
“Te..ternyata dia udah menikah.”
Jawab preman itu.
“Jangan pernah ganggu istriku lagi.”
ucap Pak Guru tegas sambil terus memelukku.
Mereka
pun langsung berlari.
“Kamu gak apa-apa?” ucapnya
khawatir.Pelukannya yang hangat membuatku lega.
“Gak apa-apa Pak Guru.”Jawabku
pelan.
“Lain kali jangan pernah pergi
sendirian ya, kamu harus menungguku. Karena kamu terlalu cantik jadi incaran
cowok lain.” Rayunya.Aku pun menjawabnya dengan mengangguk.Kata-katanya sedikit
membuatku malu.Dia pun semakin erat memelukku.“Ayo kita kembali ke penginapan,
kasihan kalo lama-lama diluar nanti kamu bisa masuk angin.”
Kami
pun langsung kembali ke penginapan, setibanya disana aku langsung mandi dan
ganti baju.
“Udah selesai mandinya?” sapa Pak
Guru yang sedang duduk disebuah sofa. Aku hanya mengangguk, dan kemudian duduk
disebelahnya. “Ini aku buatin kamu minuman hangat,cepat diminum ya. Biar
tubuhmu hangat.”Sambil menyodorkan secangkir teh hangat padaku.
“Terima kasih ya Pak Guru.”Aku
meminumnya perlahan.
“Kau pasti udah lelah, sini tidur di
pangkuanku.”Ucap lembut Pak Guru.
“Ng.. nggak perlu Pak. Biar aku
tidur dikamar aja.”
“Udah, sini tidur.”Dia langsung
menarik tanganku dan membaringkan kepalaku di pangkuannya.“Lagian aku masih
ingin melihat wajah manismu saat tidur.”Dia mengusap-usap rambutku.
Seketika
wajahku jadi memerah.Perlahan aku memejamkan mataku, rasanya nyaman banget
tidur dipangkuan Pak Guru.Sehingga aku pun tertidur pulas dalam pangkuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar