Jumat, 09 November 2012

Hobi Nabrak











 

Musim semi yang ditunggu-tunggu setiap orang, musim semi dimana setiap cinta akan tumbuh. Namun tak begitu halnya pada diriku.
            “Aku kemarin abis ditembak sama Takagi loh.” Ucap teman sekelasku.“Kemudian dia memberikanku bunga, dan menciumku.”
            “Wahh romantic banget ya, aku jadi iri.” Jawab temanku yang lain. “Aku juga kemarin abis jalan sama cowokku. Dia menggandeng tanganku dengan sangat lembut.”
Disudut kelas, aku hanya terdiam mendengarkan mereka yang sedang asyik bercerita tentang pacarnya. Aku tertunduk lesu di mejaku, air mataku seketika tumpah membanjiri meja.Aku juga ingin seperti mereka, dicintai dan mencintai.
            “Yurina, nanti malam kita mau pergi ke karaoke. Kamu ikut juga yukk.” Ajak temanku.
Aduhh bagaimana ini, dalam kondisiku yang lagi nangis kayak sekarang gak mungkin aku menjawabnya.
            “Yurina, kau mendengarku kan?” suara temanku itu semakin dekat, sepertinya dia sedang menuju ke mejaku.
Aduhh bagaimana ini, aku harus apa.
            “Yurina sedang istirahat, jadi gak bisa di ganggu dulu.”seorang cowok tiba-tiba datang dan menghalangi temanku itu.
            “Oo sedang istirahat. Ya udah kalo gitu.” Temenku itu pun pergi.
Sesaat kemudian.
            “Yurina, ajarin aku soal matematika ini dong. Aku kurang paham.” Seorang temenku datang lagi.
            “Maaf, Yurina sedang istirahat.Dia lagi gak enak badan, jadi gak bisa di ganggu dulu.”lagi-lgi cowok itu menolongku.
            “Oo ya udah kalo gitu lain kali aja aku minta ajarinnya.”
Siapa sebenarnya cowok itu, kenapa dia terus menolongku.namun aku masih tak berani beranjak dari mejaku, tertunduk sambil menangis, wajahku penuh air mata. Saat hari menjelang sore, aku baru berani mengangkat kepalaku.Namun aku bener-bener terkejut, kulihat seorang cowok sedang duduk bersandar di samping mejaku. Tampannya…
            “Udah bangun?Udah gak sedih lagi?” ucapnya.
Ternyata dari tadi dia menemaniku, dari tadi juga dia menolongku.siapa dia sebenernya. Namun dia langsung beranjak dari mejaku.
            “Tunggu.” Tanpa sadar aku meraih tangannya.“Terima kasih ya.”
Dia gak menjawab, hanya senyuman kecil yang dia berikan padaku.Manisnya.Dia pun langsung pergi.Oo iya aku lupa nanyain namanya. Tapi gak apa-apa deh, dia kan satu sekolah denganku. Besok akan kucari dia. Kutersenyum sambil mengingat wajahnya yang tampan itu.












 

Keesokan harinya saat sedang berjalan menuju kelas.
            “Kenapa seharian ini kau tersenyum terus Yurina?” tanya temanku.
            “Gak apa-apa kok.”
Aku lagi mengingat cowok tampan yang kemarin.Mudah-mudahan hari ini aku bisa bertemu dengannya dan tau siapa namanya.Saat lagi asyik memikirkan cowok itu, tiba-tiba…
            “Yurina, awas!!!” temenku berteriak.
Bukkkk… Gak sengaja aku menabrak seorang cowok.
            “Ma..maaf.” aku menunduk.
            “Kau gak apa-apa Yurina?” ucap temenku khawatir.”Maaf ya Yuki.”
Saat kumengangkat kepala, kulihat. Dia kan cowok yang kemarin, oo jadi namanya Yuki. Namun dia langsung pergi tanpa mengucapkan apa-apa.Aku pun mengejarnya.
            “Yuki. Tungggu.” Ku berteriak.Dia pun berhenti tanpa berbalik.
            “Aku…aku…aku suka kamu.Sangat suka sekali.”Kata-kata itu tiba-tiba aja meluncur dari bibirku.semua orang melihatku. Yuki pun berbalik.Apa yang mau dia katakan ya? Apa dia akan marah?
            “Apa yang kamu katakana?” ucapnya dingin.
            “Iya.Aku suka kamu Yuki, bener-bener suka.”
            “Yang bener aja, kamu baru melihatku kemarin.Dan sekarang kau nembak aku.” jelasnya. Aku hanya terdiam, tak tau harus ngomong apa. “Baiklah, aku akan beri kamu kesempatan.Jika dalam waktu 3 hari kamu bisa menciumku, kita jadian.”dia tersenyum.Dia pun langsung beranjak pergi meninggalkanku yang masih bingung.
            “Yurina, kau tidak apa-apa?” tanya temenku.
            “Dalam waktu 3 hari menciumnya, mana aku bisa?” cemasku.
            “Lagian kamu juga sih, ngapain nembak orang kayak Yuki.Emang sih dia itu cakep, tapi dia itu kan terkenal dingin, gak ada satu pun cewek yang pernah jadi pacarnya. Semua cewek yang nembak dia, selalu ditolak.”
Mendengar ucapan temenku itu, aku semakin ragu.Apa dia juga akan menolakku sama seperti menolak cewek lain, apa aku juga bisa menciumnya dalam waktu 3 hari.
            “Aku akan tetap berjuang. Meski dari awal udah tau akan ditolak, tapi kalo gak berusaha mana bisa kita tau hasilnya. Lagian ini pertama kalinya aku nembak cowok, jadi aku akan berusaha.” Kutersenyum.
            “Baiklah kalo itu keputusan Yurina, aku akan dukung.Lagian kamu juga udah berjuang untuk menembaknya.Semangat ya Yurina.”
Meski aku telah bersemangat sseperti itu, namun aku  masih bingung. Bagaimana ya caranya bisa menciumnya dalam waktu 3 hari, padahal aku sendiri aja gak pernah dicium.Huftttt…
Saat pelajaran olah raga.
            “Yurina, nanti kita ada tes main bola basketloh.”
            “Aku gak terlalu bisa main bola bas….”
Saat sedang berbicara, tiba-tiba aja. Bukkk..aku menabrak seseorang.
            “Ma..maaf.”
            “Kamu ini hobi nabrak orang ya?”
Sepertiya aku kenal suara itu. Saat kulihat, ternyata…
            “Yuki.” Ucapku terkejut.
            “Yurina, aku ke lapangan dulu ya. Nanti kamu cepet-cepet nyusul ya.” Ucap temenku.Dia pun berlari menjauhi kami.
Saatberdua dengannya, aku tak tau harus berkata apa.
            “Maaf.waktu itu aku tak tau harus meghiburmu dengan cara apa, makanya aku hanya bisa terdiam sambil menunggumu.” Ucapnya.Aku menatap tajam ke arahnya.Ternyata saat aku menangis dia mencari cara untuk menghiburku.
            “Aku seneng kok, aku seneng banget ditemenin Yuki. Kamu bikin aku semangat lagi.”Senyumku.
            “Hei, hei.Kalo senang kenapa kau menatapku seperti itu?” ucapannya membuatku terkejut.
            “Abisnya Yuki keren sih, kalo dilihat lebih dekat Yuki kelihatan manis.” Kulihat wajah Yuki memerah.Sepertinya dia malu.“Mukamu kenapa?Kau malu ya?” gurauku.
            “Ng..nggak. aku nggak malu.” Dia berusaha menepis.“Oh iya nanti kamu ada tes basket ya?”
Kenapa dia bisa tau.
            “I..iya.” ucapku gugup.
            “Jika akan memasukkan bola, kamu harus lompat lebih tinggi.Karena badanmu itu pendek sih, jadinya lompatanmu juga harus lebih tinggi.”
            “Ihh..kau ini mengejek atau nasihatin sih.” Ucapku kesel.
Namun tiba-tiba dia menepuk kepalaku.
            “Berjuang ya.” Senyummnya.
Senyumannya, tangannya yang lembut. Semakin membuatku bersemangat untuk berjuang.Yuki, aku akan terus berjuang merebut hatimu. Ternyata mengungkapkan perasaan itu gak terlalu memalukan ya.
Saat dilapangan.Aku mencoba bermain bola basket dengan teman yang lain.
            “Wahh bolanya terlempar terlalu jauh.”
            “Gak apa-apa, biar aku aja yang ambil.”
Aku pun mengikuti kearah bola itu menggelinding, namun tiba-tiba ada yang berteriak.“Awas!!!” aku pun sontak terkejut.Ada sebuah bola basket yang mengarah padaku, dan tiba-tiba ada seseorang yang memelukku.Braakkk… Bola itu mengenai punggungnya dengan sangat keras.Perlahan dia melepaskan pelukannya.
            “Kamu gak apa-apa?”
Yuki.Dia menolongku lagi.ku menatapnya tajam.
            “Kamu itu kenapa sih selalu melamun?Gak pernah hati-hati, ceroboh banget.” sepertinya dia mengkhawatirkanku. “Hei kalian, kalo main hati-hati dong.” Ucapnya keras.Dia pun langsung bergabung dengan teman-temannya.
            “Yurina, kamu gak apa-apa?” tanya temenku. Namun aku hanya terdiam, aku terpaku melihat Yuki yang sedang asyik bermain basket.“Oh, kau sedang melihat Yuki. Dia itu juga ikut dalam tim basket sekolah loh, kemarin aja dia baru memenangkan pertandingan basket tingkat SMA. Dia itu termasuk cowok yang super perfect di sekolah kita.”
Dia itu, sebenernya malaikat atau seorang pangeran ya?Udah tampan, baik, pandai basket lagi.semua cewek pasti akan mau sama dia, namun aku. Apa aku bisa?











 

Keesokan harinya saat dikelas.
            “Aduhh bagaimana ini?Bagaimana aku bisa menciumnya? Bertemu dengannya aja aku udah berdebar-debar.”
            “Emm, ,mungkin kamu bisa menciumnya saat dia tidur.” Saran temenku.
            “Saat dia tidur. Aku kan gak tau jadwalnya dia tidur,”
            “Jangan khawatir.Aku pernah dengar di kelas sebelah, saat ketrampilan membuat kue dia sempat tidur saat mencium bau Rhum. Jadi kamu bikinin aja dia kue dengan rhum, dijamin dia pasti bobo manis.”
Benarkah?Apa bener bisa dengan cara seperti itu. Tapi gak ada salahnya kalo dicoba kan? Baiklah aku akan berusaha. Aku pun langsung membuat kue dengan Rhum, setelah selesai.
            “Yuki dimana ya? Aku coba cari dikelasnya deh.” aku bergegas mencarinya dikelas.“Permisi.Apa Yuki ada?”
            “Nggak ada, mungkin sekarang dia ada di atap sekolah.”
            “Oo, atap sekolah ya.Terima kasih ya.”
Aku bersemangat naik keatap sekolah.Sampai disana, kulihat dia lagi duduk santai sambil memandangi langit.
            “Yuki.”Sapaku.
            “Kamu.Ada apa?”
            “Ini untukmu.” Aku menyodorkan kue itu padanya.
            “Kue.Ini untukku?”
            “I..iya. Tapi maaf, mungkin gak enak.”Ucapku gugup.
            “Yurina sendiri yang buat? Bentuk apa nih, kok bentuknya jelek banget sih. Bisa dimakan gak nih?”
Saat mendengar kata-katanya itu aku tersenyum.
            “Kenapa tersenyum?” tanyanya lagi.
            “Abis, baru kali ini Yuki memanggil namaku ‘Yurina’.Aku seneng banget.”
Kulihat wajahnya dia memerah.
            “Terserah aku dong mau panggil kamu siapa.” Ucapnya dingin.“Lagian aku gak akan berterima kasih, aku kan gak menyuruhmu membuat kue.Kamu aja yang mau buatin aku.”
            “Iya iya.”
Apa bisa disampaikan lewat ciuman? Apa perasaan ini bisa tersampaikan saat dia tidur? Apa seharusnya aku melarangnya makan?
            “Ya udah, aku makan ya.”Dia pun mulai memakan itu.“Cuma aku yang mau memakan kue ini.”
Dia memakan kue itu, enak gak ya.Gimana nih?
            “Enak juga, meskipun bentuknya aneh tapi aku suka.Tapi maaf, aku gak kuat bau rhum.”
Bener-bener gak kuat bau rhum ya?Wajahnya juga langsung pucat, dia juga keringatan. Gimana nih? Seharusnya aku membuat kue yang biasa saja.Kenapa aku menipunya seperti ini.Kasihan dia.
            “Aku jadi ngantuk.” Ucapnya pelan.
Beberapa menit kemudian dia pun tertidur dipangkuanku.Bener-bener bobo manis ya? Sekarang udah bisa kucium, kalo kucium dia akan langsung jadi pacarku. Perlahan kudekatkan bibirku dengan bibirnya, perlahan semakin dekat. Tidak bisa, aku tidak bisa menciumnya dengan cara seperti ini. Aku ingin mengutarakan perasaanku dengan cara yang lebih layak. Aku pun menyelimuti dengan sweater yang ku pakai, dan kembali ke kelas.saat sedang memandang langit dari luar jendela, tiba-tiba seseorang datang.
            “Ehh Yuki. Liat deh, langitnya indah banget.langit sore emang bener-bener keren.” Namun Yuki tetep terdiam.Kumemandanginya, kulihat dia tertunduk lesu.“Yuki, kau kenapa?”
            “Yurina.Dulu aku pernah bilang, kalo dalam waktu 3 hari bisa menciumku kamu bisa jdi pacarku.Tapi anggap saja aku gak pernah bilang seperti itu.”
Kenapa?Kenapa dia mengatakan hal itu?Kenapa bisa berakhir semudah ini.Air mataku udah gak tertahan lagi.Apa dia bener-bener mempermainkanku.
            “Tadi aku pura-pura tidur, tapi kamu tidak menciumku.Kurasa ini semua sudah cukup.”
            “JAHAT!!!!” bentakku.Berkali-kali aku memukul dadanya. “Kamu bilang 3 hari kan, tepati janjimu.”
Namun tiba-tiba dia memeluk dan menciumku.Kenapa dia menciumku selembut ini?
            “Aku…Aku gak sabar menunggu ciumanmu.” Ucapnya tegas.“Sebenernya saat kamu tembak, aku ingin langsung menciummu.”
            “Terus kenapa kamu malah menyuruhku menciummu dalam waktu 3 hari?” tanyaku heran.
            “Itu sih, karena aku ingin selama 3hari ini kamu hanya memikirkanku.” aku terkejut mendengar ucapannya. “Aku ingin kamu mencari tahu tentang aku.Karena selama ini aku selalu mengawasimu, hanya aku yang memikirkanmu.Sejak pertama kali bertemu, kamu seringkali menabrakku.Namun kamu sendiri gak menyadari kehadiranku.Bahkan jauh sebelumnya aku udah memperhatikanmu, karena aku suka kamu.”
Air mataku semakin gak bisa kukendalikan lagi.
            “Hei, hei.Jangan nangis dong.”
            “Habisnya, aku seneng banget.” sambil mengusap air mata.“Yuki, saat ini aku adalah cewek yang paling bahagia didunia.”
Mendengar ucapanku, Yuki langsung memelukku dan tersenyum.
            “Kalau tau bakal gini reaksimu, mestinya udah dari dulu aku nembak kamu.”Dia memelukku dengan sangat erat. “Aku suka..suka sekali sama Yurina.”

^^^ THE END ^^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar