Saat
jam istirahat, kuberdiri didekat jendela kelas. Mataku jauh menatap keindahan
yang ada diluar. Dan tiba-tiba.
“Hei Kinaya, ngelamun aja sih.”
Seorang teman mengagetkanku.
“Ng..nggak kok. Aku Cuma….”
“Oo lagi ngeliatin Michizuki.” Dia
ikut melihat keluar jendela. “Ngeliatinnya kok sampek gitu amat sih, di panggil
berulang kali tapi gak sadar-sadar.”
“Maaf.” ucapku malu.
“Emang sih dia cakep, cakepnya gak
ada duanya. Dulu saat kita masih di tahun pertama, banyak banget yang
ngejar-ngejar dia. Bahkan kakak kelas pun juga ikut menyukainya. Baru kali ini
juga aku ngeliat cowok setampan dia, tapi selama ini dia gak pernah punya
hubungan special sama cewek. Semua cewek selalu dia tolak, bener-bener aneh kan?”
jelasnya.
“Apanya yang aneh?”
“Ya aneh aja, masa’ cowok setampan
dia sama sekali gak pernah punya cewek sih.” Atau jangan-jangan….”
“Jangan-jangan apa?”
“Jangan-jangan dia suka sesama jenis
lagi, alias Gay.” Ucapnya ngawur.
“Hei, ngomongnya jangan ngawur gitu
dong. Kalo kedengaran dia bisa marah.” Nasihatku. “Mungkin aja kan dia punya
alasan tertentu kenapa gak mau pacaran, atau mungkin aja dulu dia pernah punya
pengalaman yang menyakitkan saat pacaran.”
“Iya juga sih, tapi kayaknya gak mungkin
deh ada cewek yang mau nyakitin cowok setampan dia. Ya kalo pun ada, berarti
cewek itu sakit jiwa.”
“Tapi meskipun dia aneh, tapi aku
tetep menyukainya.” Senyumku.
“Hei, Kinaya. Kamu bener-bener
menyukainya ya?” aku pun hanya mengangguk dan tersenyum. “Sepertinya yang gak
waras kamu deh. Dari dulu kamu menyukainya, namun sampai sekarang ngobrol
berdua aja gak pernah.”
“Ya gak apa-apa lah, dengan
melihatnya seperti ini aja aku udah seneng.” Belaku.
“Hei, hei jangan ngeliatin dia
terus. Bisa-bisa kamu terhipnotis loh.”
“Meski terhipnotis juga gak apa-apa
kok. Aku akan seneng banget.”
“Hei, Kinaya. Sepertinya kamu emang
harus bener-bener diperiksa ke dokter jiwa deh.” guraunya. “Ayo kita masuk
kekelas.”
“Gak ahh, aku mau disini aja
ngeliatin Michizuki.”
“Ehh ini tuh udah masuk, ayo buruan.
Gak usah nambah stress deh.” temanku itu pun langsung menarikku kedalam kelas.
Saat
sepulang sekolah.
“Kinaya.” Seorang cowok memanggilku.
“Oo ketua kelas.”
“Kamu mau pulang ya?”
“Emangnya kenapa ketua kelas?”
“Gini aku butuh bantuanmu. Tadi aku
sempat meminjam bukunya Michizuki, rencananya pulang sekolah ini ku kembalikan.
Ehh tapi ternyata dia udah pulang duluan. Aku mau kerumahnya, tapi ntar malam
aku ada acara. Berhubung jarak rumahmu dan Michizuki gak terlalu jauh, jadi tolong
ya kasih buku ini ke Michizuki.”
“Baiklah akan kukembalikan buku
ini.” Aku pun menjawabnya dengan penuh semangat.
Aku
bergegas menuju kerumahnya. Meski jarak rumahku dan Michizuki dekat, tapi aku
gak pernah tahu dimana rumahnya. Aku malu mau kerumahnya, tapi berhubung
sekarang ketua kelas menyuruhku mengembalikan buku ini jadi aku punya alasan
deh datang kerumahnya. Untung aja tadi ketua kelas memberiku alamat rumahnya. Aku
pun sibuk mencari alamat rumah Michizuki.
“Wahh hari udah mau gelap nih,
sepertinya juga mau hujan. Aku harus buru-buru.”
Aku
pun sibuk mencari alamat rumah itu, dan tibalah aku didepan sebuah rumah.
“Ini ya rumahnya. Rumahnya besar
banget.Oh iya, dia kan keluarga orang mampu. Tapi kok kelihatannya sepi ya, apa
gak ada penjaganya. Kok rumahnya gelap banget ya.”
Aku
pun mendekati pagar rumah itu. Disekeliling rumah bener-bener sepi, tak ada
satu pun orang yang kulihat disana.
“Permisi. Apa ada orang didalam?
Permisi.” Namun tak ada jawaban. Aku pun memberanikan diri membunyikan gembok
pagar rumah itu. Teekkk..tekkk..tekk…
Namun
tiba-tiba segerombolan kelelawar mendekatiku, aku pun sontak berteriak.
“Aaaaaa.” Dan seketika kelelawar itu pun pergi. Ketakutanku pun muncul.
“Kok tiba-tiba ada kelelawar ya?
Perasaanku kok jadi gak enak gini sih. Apa sebaiknya aku pulang aja ya, lagian
ini udah malam. Ya udahlah besok aja kukembalikan buku ini saat disekolah.”
Aku
pun mengambil buku itu yang tadi sempat jatuh saat diserbu kelelawar. Saat ku
ambil, gak sengaja tanganku tergores pinggiran buku dan berdarah.
“Aduhh aku gak hati-hati ngambil
bukunya.”
Aku
pun bergegas pulang, namun saat akan beranjak tiba-tiba segerombolan kelelawar
itu kembali lagi. “Tolonnngggg!!!” ku berteriak. Dan tiba-tiba seorang cowok
datang.
“Berlindunglah dibelakangku.”
Ucapnya dingin. Dia pun mengusir semua kelelawar itu dengan tangannya.
“Kelelawarnya banyak banget sih.” Kesalnya. Sejenak di terdiam, namun tiba-tiba
ekspresi wajahnya berubah. Matanya berubah seperti mata kucing yang tajam,
terlihat sedikit taring, dan kukunya pun panjang.
“Pergi sana!!!” teriak cowok itu.
Semua
kelelawar itu pun pergi, seakan takut dengan cowok itu. Saat dia berbalik.
“Mi..Michizuki.” kuterkejut.
“Cepat pergi.” Dia pun hendak
beranjak pergi, namun kuraih tangannya.
“A..apa benar kamu Michizuki?” sejenak
dia hanya terdiam, muka yang tadinya berubah seram sekarang kembali seperti
semula lagi.
“Cepatlah pulang sebelum kelelawar
itu kembali lagi.”
“Ta…tapi. Kenapa kelelawar itu
menyerangku?”
“Karena mereka mencium bau darahmu.”
Ucapnya dingin.
Darah.
Apa maksudnya darah ditanganku ini?
“Jangan pernah berkeliaran sendirian
dengan kondisi berdarah seperti itu, karena itu akan mengundang mereka. Dan,
jangan pernah mendekatiku lagi.”
“Ke..kenapa?”
“Karena aku adalah seorang vampire.
Jadi menjauhlah dariku kalo kamu mau selamat.”
Kata-kata
Michizuki itu membuatku bener-bener terkejut. Apa bener? Apa bener yang tadi
dia katakan? Apa bener dia seorang vampire? Aku pun bergegas pulang dan
mengurung diriku dikamar. Tapi entah kenapa meski aku tau dia vampire, perasaan
sukaku padanya masih tetap ada. Bahkan tadi saat dia berubah jadi serem, aku
malahan gak ngerasa takut sama sekali.
Keesokan harinya saat jam istirahat,
aku menyempatkan diriku berjalan-jalan ditaman belakang sekolah. Itu adalah
tempat favorit Michizuki, sering kulihat
dia ada disana. Banyak sekali pohon yang rindang disana, mungkin itu lah
yang membuat Michizuki betah berada ditaman itu. Dan kebetulan banget saat itu
kulihat Michizkui sedang duduk dibawah sebuah pohon. Oh iya vampire kan gak
tahan kena sinar matahari, pantesan aja tiap siang dia selalu berteduh di pohon
itu. Kelihatannya dia lagi tidur. Aku pun melihatnya dari kejauhan, aku takut
akan membangunkannya.
Saat sedang memandangi Michizuki,
tiba-tiba aja. Pyaarrr… kaca yang berada di lantai 2 pecah dan hendak
menghampiriku. Namun dengan sigap Michizuki langsung membawaku berteduh dibawah
sebuah pohon.
“Kamu bodoh banget sih? Kalo ada kaca
pecah gitu menghindar dong. Kalo sampek kamu kena, kelelawar yang semalam bisa
datang lagi. bahkan jumlahnya akan semakin banyak.”
“Maaf ya, Michizuki. Responku emang
lambat.” Senyumku.
Sepertinya
dia marah, kulihat wajahnya penuh dengan keringat. O iya dia kan barusan
menyelamatkanku, pasti dia terkena sinar matahari itu. Dan tiba-tiba dia pun
pingsan.
“Michizuki, Michizuki. Bangun.”
Ucapku cemas.
Mungkin
dia hanya kelelahan aja saat menyelamatkanku. Aku pun menyandarkan tubuhnya
tepat dibawah pohon sambil mengkompresnya. Mudah-mudahan dengan gini dia cepat
sadar. Dilihat dari dekat wajahnya sama sepert orang-orang lain. Didekat
Michizuki seperti ini membuatku dadaku berdebar-debar.
Saat
hari mulai menjelang sore dia pun terbangun.
“Michizuki, syukurlah kamu gak
apa-apa.” Ucapku senang.
“Kamu sedang apa?”
“Aku lagi ngompres kamu nih. Aku
lihat tadi kamu berkeringat sih makanya aku kompres. Sebenernya kamu gak tahan
sinar matahari kan, tapi kamu menyelamatkan aku. Terima kasih ya.” Senyumku.
Dia pun juga ikut tersenyum. Baru kali ini aku melihatnya tersenyum manis.
“Dari pada kompres, aku lebih milih
dirimu.” Dia pun langsung memelukku.
“Mi..Michizuki.”
Seketika
mulutku tak bisa berkata apa-apa, sepertinya aku bener-bener terhipnotis.
Pelukannya yang erat semakin membuatku berdebar-debar. Aku pun hanyut dalam
pelukannya itu. Entah kenapa sepertinya aku semakin menyukai vampire itu.
“Kinaya. Apa kamu gak takut
berdekatan seperti ini denganku?”
“Nggak. Aku sama sekali gak takut.
Malahan aku seneng.”
“Kenapa?”
“Karena aku menyukai Michizuki,
sangat suka.”
Tiba-tiba
kata-kata itu meluncur begitu aja dari bibirku. Sejenak kudengar dia tersenyum,
dia pun semakin erat memelukku. Sepertinya aku gak pengen melepaskan pelukan
ini, aku ingin selalu bersama Michizuki.
Saat
hari udah malam, barulah Michizuki melepaskan pelukannya. Dia pun tersenyum
padaku.
“Kamu bener-bener gak pernah takut ya?”
“Mana mungkin aku takut dengan cowok
yg kusukai.” Senyumku.
Namun
tiba-tiba dia mendorongku, dia pun langsung jatuh menindih tubuhku.
“Michizuki.”
“Apa kamu gak pernah berfikir aku
bisa menyerangmu seperti ini. Kamu tahu kan seorang vampire memburu mangsanya
tiap malam, dan sekarang udah malam. Bisa aja kan aku sekarang menyerangmu.
Lagipula kamu sekarang lagi sendiri.”
Kata-katanya
itu sedikit membuatku takut, namun aku yakin dia gak akan pernah melakukan hal
seperti itu.
“Aku percaya Michizuki. Aku yakin
sama orang yang kucintai.” Senyumku.
Perlahan
dia pun membelai rambutku, dan mencium bibirku. Tangannya pun juga mengikat
erat tubuhku, namun aku semakin ingin dipeluk olehnya.
“Jika kamu pasrah seperti ini, aku
bisa melakukan hal yang lebih lagi loh.” Ucapnya berbisik ditelingaku. Namun
aku hanya tersenyum.
Secara
perlahan dia buka bajuku, dia ciumi leher dan dadaku. Sejenak kurasakan
kehangatan bibirnya di leher dan dadaku. Baru kali ini aku merasakannya. Saat tangannya
mulai menjamah tubuhku yang lain, dadaku semakin berdebar-debar. Aku mulai
merasa takut. Namun tiba-tiba Michizuki menghentikan tangannya.
“Kinaya. Kamu takut ya?”
“A..aku.”
“Debaran jantungmu sampek terdengar
loh.” Senyumnya.
“Benarkah? Maaf. aku hanya sedikit
takut, karena ini pertama kali buatku.”
“Gak usah takut, aku gak akan
melakukan sesuatu yg tidak-tidak sama kamu.” Senyumnya. Dia pun memasang
kembali kancing bajuku dan merapikannya. “Ayo pulang, ini udah larut malam.”
“I..iya.” aku pun langsung berdiri.
Kamipulang
bersama. Tangannya menggandeng erat tanganku. Michizuki bener-bener mengantarku
sampai rumah. Saat kulihat dicermin, ternyata ada bekas ciuman dileher dan
dadaku. Ciumannya membekas. Hari ini aku bener-bener melewati hari-hari yang
sangat bahagia. Kejadiaan tadi gak akan pernah bisa kulupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar