Senin, 05 November 2012

Sweet Devil





Dari kecil aku dibesarkan di desa kecil yang ada dipegunungan. Sejak SD sampai SMP, muridnya hanya aku saja. Makanya itu aku ingin sekolah di kota, dimana aku bisa punya banyak teman. Mulai hari ini kehidupanku yang menyenangkan di SMA akan dimulai.
Tapi pada saat hari pertama masuk sekolah.
            “Wahh ada cewek, buruan ditangkap.” Suara cowok-cowok disekolah itu semakin bergema. “Ayo tangkap dia. Ayo tumbangkan dia. Akan kutangkap kamu.” Mereka berlari mengejarku.
            “Kenapa baru hari pertama aku langsung dikejar-kejar sih? Padahal aku kan Cuma ingin mengikuti upacar penerimaan murid baru. Emang aku ini salah apa, apa hal ini biasa terjadi disekolah Tokyo?”
Aku terus berlari menghindari mereka. Ada tempat sembunyi gak ya. Oo ada pohon. Aku pun menaikinya.
            “Apa apa’an cewek itu?”
            “Hei. Jangan anggap remeh cewek yang dibesarkan di gunung ya?” ledekku pada semua cowok yang sedang menungguku dibawah pohon.
            “Sial. Aku akan segera menangkapmu.”
Namun tiba-tiba ada seorang cowok yang datang. Dia memukul semua cowok yang ada disitu.
            “Di..dia kan Kai.” Ucap mereka. Sepertinya cowok itu namanya Kai. “Si..sial. Ayo kita cepet pergi, jangan sampai kita bermasalah dengannya.” Mereka pun berlari menjauh.
            “Jangan pernah mengganggu murid baru ya?” ujar cowok itu.
Dia menolongku ya? Siapa ya dia itu? Kenapa semua kakak kelas seakan-akan takut padanya?
            “Terima ka…” saat akan mengucapkan terima kasih, dahan yang aku duduki patah. Aku pun terjatuh. “Aaaaaa!!”
            “Awas!!!” teriak cowok itu.
Brukkk… aku jatuh menimpa dirinya.
            “Aduhh sakitt.”
            “Minggir!!!” geramnya. Sepertinya dia marah aku udah menimpanya, dari pada cowok-cowok tadi dia yang paling nakutin deh.
            “Ma…maafkan aku.” Ucapku sambil mengusap-usap kepala.
            “Jadi kamu ya yang namanya Mikan?”
            “Loh kamu kok tahu?” tanyaku heran.
            “Mau kuberitahu?”aku pun hanya mengangguk. “Ya udah sini aku tunjukkin dulu kelasnya.”
Aku pun mengikuti kemana Kai melangkah. Anehnya, semua cowok disana hanya diam saat melihatku bersama Kai. Gak kayak yang tadi waktu aku sendirian, mereka semua seakan seperti hewan buas. Tapi kok rasanya ada yang aneh ya sama sekolah ini. Tapi apa ya yang aneh? Ya udah lah mungkin Cuma perasaanku aja.
            “Nah kita udah sampai didepan kelas. sebelum aku buka pintu ini, aku mau kasih tahu sesuatu ke kamu.”
            “Sesuatu. Apa?”
            “Kamu tadi tanya kenapa aku bisa tau namamu, dan aku yakin kamu juga pasti bertanya kenapa semua cowok tadi mengejarmu. Iya kan?”
Aku hanya mengagguk.
            “Karena kamu satu-satunya cewek yang sekolah disini.” Ucapnya sambil membuka pintu kelas.
Kulihat semua murid dikelas itu emang cowok semua.
            “Hai, Mikan.” Sapa cowok dikelas itu.
            “Ke..kenapa bisa begini?”
            “Kenapa apanya? Dulu sekolah ini sekolah unggulan, namun sejak tahun yang lalu reputasinya jelek jadi gak ada murid cewek yang mau sekolah disini.”
            “Kok aku gak tau soal itu.”
            “Tenang aja Mikan, semua cowok dikelas ini baik-baik kok, tapi kalo diluar semuanya monster.” Ucap seorang cowok dikelas itu.
            “Tidaakkk. Aku mau pindah saja.” Aku pun  beranjak dari tempat itu.
            “Jangan lari.” Kai meraih tanganku. “Kalo takut, aku yang akan melindungimu.” Awalnya aku takut, tapi entah kenapa kata-kata Kai itu membuat hatiku sedikit tenang.
            “Kamu adalah satu-satunya murid cewek disekolah ini, jadi gak akan kubiarkan kamu pindah.” Ucap Kai.
            “Kamu tenang aja Mikan. Sejak dulu Kai terkenal kuat, jadi dia pasti akan melindungimu.”
Oo jadi itu yang membuat cowok-cowok tadi takut, karena Kai kuat makanya semua lari. Ya udahlah aku coba untuk tetap sekolah disini. Lagipula aku liat semua cowok dikelas ini juga baik-baik.


Keesokan harinya. Kehidupan SMA yang kudambakan pun dimulai. Namun tetap saja.
            “Tidaakkkk!!!” kuberteriak.
            “Hari ini kami pasti akan menangkapmu.” Ucap semua cowok. Mereka terus aja mengejarku. Aku terus berlari, tiba-tiba ada yang memelukku.
            “Selamat pagi kakak-kakak semua.” Kai. Dia memelukku dan menendang semua cowok.
            “Terima kasih.” Aku pun sedikit menangis.
Walaupun tertolong, tapi kalo begini terus tiap hari. Rasanya jadi pengen pindah.
            “Hei, jangan nangis. Aku kan sudah menolongmu!!!” Senyum Kai. “Makanya jangan mikir ingin pindah.” Ekspresinya tiba-tiba berubah 180 derajat, seremmm banget.
            “Baaikkk.” Ucapku takut.
Mungkin dari semua cowok dia-lah yang paling menakutkan. Namun saat bersama Kai, gak ada satu pun cowok yang berani mendekatiku. Sesampainya di kelas.
            “Pagi Mikan, syukurlah kamu bisa selamat sampai disini.” Gurau semua teman cowok dikelasku.
            “Oh iya pagi ini pelajaran pertama olahraga kan? Biar aku antar ke ruang ganti.”
            “I..iya.”
Saat aku berganti pakaian, Kai menungguku diluar. Sepertinya dia terlalu mengkhawatirkanku, sampai-sampai keruang ganti aja harus di antar. Aku pun melepas seragamku. Namun saat akan memakai pakaian olahraga, tiba-tiba aja…
            “Aaaaaa” kuberteriak.
            “Mikan!!!” seketika Kai masuk kekruang ganti, aku pun sontak memeluknya erat-erat.
            “Tadi di dinding ada kecoa, aku takut serangga.” Ucapku takut sambil memeluknya. Namun Kai sejenak terdiam.
            “Se..sebelum kamu bicara. Bisa gak kamu pakai baju dulu.” ucapnya malu.
Oh iya aku kan tadi lagi ganti baju. Pantesan aja Kai tadi diam, ternyata aku hanya memakai pakaian dalam. Sesudah ganti pakaian.
            “Kamu ini, Cuma 1 serangga gitu aja udah bikin heboh.”
            “Ma..maafkan aku.”
            “Iya. Tapi syukurlah kamu gak apa-apa.” Ucapnya sambil mengusap-usap kepalaku.
Sikapnya padaku, membuatku dadaku selalu berdebar-debar didekatnya. Apa ini? Kenapa hatiku selalu senang saat didekatnya? Sejak aku pertama kali disini, Kai selalu menjagaku. Tadi aja dia langsung masuk saat ku berteriak. Walaupun terkadang dia menakutkan, tapi sebenarnya dia baik. Dia selalu perhatian padaku.
            “Mikan, ayo cepat.”
            “Terima kasih ya Kai.”


Setiap hari Kai selalu menjagaku, sedikit pun dia tak pernah mengalihkan pandangannya padaku. Meski tiap pagi harus berkelahi dengan kakak kelas, namun dia tetap aja melindungiku. Sikap Kai yang seperti itu, membuatku tak ingin jauh darinya. Hari-hari seperti ini jauh lebih indah dari impianku selama ini. Saat jam istirahat, aku mengajak Kai naik ke atas pohon.
            “Kai, makan bekal sama-sama yukkk.”
            “Tapi kenapa makannya harus di atas pohon seperti ini sih.”
            “Soalnya dulu waktu tinggal di gunung, aku senang memakan bekalku di atas pohon. Oh iya aku membuat bekal untuk Kai juga loh. Nah ini dia.” Aku menyodorkan sebuah nasi kepal yang besar untuknya.
            “Besar banget nasi kepalnya. Gimana cara makannya coba?”
            “Biasa aja kok, seperti ini. Ammm.” Aku pun langsung memasukkan nasi kepal besar itu kedalam mulutku. Melihat mulutku penuh dengan nasi kepal, Kai tertawa. Tertawanya manis banget.
            “Melihatmu membuatku gak pernah bosan.” Ucapnya sambil tertawa.
Hari-hariku makin menyenangkan. Jauh lebih menyenangkan dari sebelumnya, terutama saat melihat Kai tersenyum. Dadaku makin berdebar-debar. Kenapa ya?
Saat kembali kekelas.
            “Mikan, kita mau bikin acara penyambutan untukumu loh.” Ucap seorang teman.
            “Acara penyambutan untukku?”
            “Kalo gak sibuk, bagaimana kita rayakan aja dirumahku sesudah pulang sekolah.” Ucap teman yang lain.
            “Gak kok, aku gak sibuk.”
            “Syukurlah, kalo gitu udah diputuskan sepulang sekolah kita adakan pesta.” Mereka pun bergembira. Mereka semua ini baik-baik ya. Aku seneng banget berteman dengan mereka semua.
Sepulang sekolah kami pun langsung berkumpul disalah satu rumah teman.
            “Ayo ambil jus kalian masing-masing. Ayo kita bersulang.”
            “Ayoo.” Ucapku semangat.
            “Mikan. Sini deh aku bisikkin cara bersulang disekolah kami.” Seorang teman membisikkanku sesuatu padaku.
            “Oh gitu ya, baiklah aku mengerti. Ayo bersulangnya dimulai.” Kumakin bersemangat.
            “Bersulang.” Ucap kami semua. Namun aku tiba-tiba sengaja menumpahkan jusku dikepala Kai.
            “Kamu ini apa-apa’an sih?” Kai kelihatan sangat marah.
            “Habisnya, kata mereka cara bersulangnya seperti itu.”
            “Gawat, Kai jadi basah semua nih. Ayo, cepat mandi sana.” Mereka pun membawanya kekamar mandi.
Tadi mereka bilang cara bersulangnya seperti itu, tapi kelihatannya Kai sangat marah.
            “Mikan, sini deh aku bisikkin lagi.” mereka pun membisikkan sesuatu lagi padaku.
            “Baiklah, aku mengerti, serahkan aja padaku.”
Aku pun langsung mengenakan handuk dan juga pergi kekamar mandi. Srrekkk… kubuka pintu kamar mandinya.
            “Kai.”
            “Ke..kenapa kamu ada disini? Cuma pakai handuk lagi, kalo kamu mau mandi nanti dulu tunggu aku selesai.” Ucapnya gugup sambil mengenakan handuk.
            “Mereka bilang karena aku udah menumpahkan jus padamu, aku harus bertanggung jawab. Aku harus menaati tata krama di Tokyo, punggungmu harus kugosok.”
            “Mana mungkin bisa begitu? Lagian apa-apa’an sih mereka itu, ngomongnya ngawur banget.”
            “Gak apa-apa kok Kai, karena aku ini ahli dalam menggosok punggung. Dulu waktu di gunung aku juga sering menggosok punggung nenekku.”
            “Nenekmu itu kan cewek, kalo aku ini kan cowok.”
            “Iya aku tau kok kalo kamu cowok, terus emang napa kalo kamu cowok. Gak ada hubungannya kan. Udah, gak usah malu-malu sini aku gosokkin punggungmu.” Ucapku lugu.
            “Kamu ini bodoh atau apa sih. Jelas ada hubungannya.” Tiba-tiba Kai memelukku. “Mana mungkin gak ada hubungannya. Aku kasih tau ya Mikan, jika seorang cewek dan cowok berduaan disebuah ruangan seperti ini. Dan juga hanya memakai selembar handuk seperti ini keadaanya akan berubah. Seekor kucing yang jinak, akan jadi macan yang buas. Kamu mengerti gak, Mikan?” Kai memelukku makin erat. “Kamu terlalu lugu. Apa kamu tidak pernah berfikir aku akan memelukmu seperti ini?”
Loh kenapa aku jadi aneh, kenapa aku malah ingin dipeluk terus sama Kai. Kenapa? Dadaku juga makin berdebar-debar. Ini pertama kalinya buatku.
            “Yang penting cepatlah keluar sebelum aku melakukan sesuatu padamu.” Ancamnya.
Namun seakan ancamannya itu tak berarti bagiku, aku seakan ingin terus disitu memeluknya. Saat ku tatap matanya, seakan aku ikut terhipnotis kedalamnya.
Dan Kai pun menciumku, makin lama kurasakan ciuman Kai makin lembut dan mesra. Ini adalah ciuman pertamaku. Seketika aku tersadar. Aku melepaskan ciuman itu dan berlari keluar kamar mandi.
Aku pun berganti pakaian dan buru-buru pulang. Sampai-sampai aku tak sempat berpamitan dengan teman-teman yang lain. Saat dijalan aku terus memikirkan kejadian tadi.
Ada apa denganku ya? Kenapa tadi dadaku berdebar-debar, baru kali ini aku merasakannya. Dan juga, tadi Kai menciumku. Apa ini juga termasuk cara mereka untuk berteman? Tapi kalo hanya teman, kenapa ciuman Kai lembut banget. pertanyaan itu selalu menggelayut dalam pikiranku.

Keesokan harinya. Seperti biasanya semua cowok mengejar dan ingin menangkapku.
“Hari ini aku akan bener-bener menangkapmu.”
“Tidaakkk!!!”
Saat berlari, kulihat didepan ada Kai yang sedang menungguku seakan bersiap untuk memelukku.
“Mikan.” Ucapnya sambil tersenyum.
Namun tiba-tiba aku malah menghindar darinya. Pelukan yang biasanya aku terima, malah aku tolak.
            “Hei Mikan, kenapa kau malah berlari.” Ucap Kai marah.
Aku semakin berlari kencang dan menjauh darinya. Setelah kejadian kemarin aku bingung harus bersikap seperti apa didepannya. Aku sangat malu untuk bertemu dengannya. Apa dia merasakan hal yang sama denganku.
Sejak saat itu aku selalu menghindar darinya. Setiap pagi, bahkan saat istirahat pun aku berusaha gak mendekatinya.
            “Mikan. Kamu sama Kai ada apa sih?” tanya teman sekelasku.
            “Ng..nggak ada apa-apa kok.”
Saat sedang mengobrol dengan teman yang lain, tiba-tiba...
            “Mikan.” Kai memanggilku.
Tanpa pikir panjang aku pun langsung melarikan diri dari jendela. Dan berlari menjauhi kelas.
Kenapa aku harus seperti ini? Apa yang aku lakukan ini benar? Aku terus memikirkannya.
Selang beberapa saat aku pun kembali kekelas, karena jika aku terlalu lama dluar kelas bisa-bisa monster itu mengejar dan menangkapku. Saat tiba dikelas aku tengok kanan kiri, mewaspadai kehadiran Kai. Kurasa Kai udah gak ada. Aku pun masuk dan berkumpul dengan teman lainnya. Namun saat lagi mengobrol dengan teman yang lain, tiba-tiba ada seseorang yang meraih tanganku.
            “Ka..Kai.”
            “Mikan. Gak usah lari lagi, aku Cuma ingin mengatakan sesuatu padamu. Setelah kukatakan, kamu boleh lari kemana aja yang kamu mau.” ucapnya pelan.
            “Maaf. aku udah bikin kamu takut. Seharusnya aku gak melakukan hal kayak gitu sama kamu. Padahal aku udah berjanji melindungimu, namun aku sendiri yang malah menyentuh dan membuatmu takut.”
            “Ng..nggak. bukn gitu, aku hanya…”
            “Mulai sekarang carilah orang yang bener-bener bisa melindungimu, aku udah gak bisa lagi melindungimu.” Wajahnya dingin, baru kali ini kulihat wajah Kai sedingin itu.
Dia pun langsung pergi. Kenapa. Kenapa malah jadi seperti  ini? Bukan itu maksudku, aku hanya malu bertemu dengannya. Kenapa dadaku terasa sesak seperti ini? Sakit banget rasanya. Kai, aku harus mengungkapkan perasaanku padanya. Aku pun mengejarnya, namun saat diluar kelas.
            “Mikan sendirian ya, tumben gak ada Kai didekatmu. Hari ini adalah hari keberuntungan kami untuk menangkapmu.” Ucap seorang cowok.
            “Aku gak akan membiarkanmu menangkapku.” Aku berlari, mereka pun juga ikut berlari mengejarku.
Dan tiba-tiba.
            “Kamu mau lari kemana lagi, Mikan?” seorang cowok  berhasil menangkapku.
            “Tidaakkk!!! Lepaskan aku. Lepaskan.”
            “Udah susah payah menangkapmu, kami gak akan melepaskanmu.” Ucap mereka sambil mengerumuniku.
Aku pun semakin berontak.
            “Kai!!!” ku berteriak.
Tiba-tiba seseorang datang dan menarikku dari kerumunan cowok-cowok itu. Kai. Dia menghajar semua cowok yang ada disitu. Wajahnya kelihatan serius banget, baru kali ini dia berkelahi dengan wajah seserius itu. Selesai berkelahi aku pun sontak langsung memeluknya. Dia kelihatan begitu terkejut.
            “Kai.” Ucapku sambil menangis. “Jangan pernah berkata seperti itu lagi. Aku gak bisa kalo bukan Kai, aku gak mau kalo bukan Kai. Aku hanya mau dilindungi Kai, aku gak mau orang lain. Tolong jangan suruh aku mencari orang lain.”
Sejenak Kai terdiam, namun dia langsung membelai lembut rambutku.
            “Kamu ngomong apa sih? Dasar bodoh.” Aku pun sejenak menatapnya. “Gak usah dibilang pun aku juga gak akan menyerahkan cewek yang aku suka sama orang lain.” Kai tersenyum.
Mendengar jawaban Kai itu, hatiku merasa sangat lega. Ternyata Kai juga merasakan hal yang sama denganku.
^_^ THE END ^_^




Tidak ada komentar:

Posting Komentar