Tapi pada
saat hari pertama masuk sekolah.
“Wahh ada cewek, buruan ditangkap.”
Suara cowok-cowok disekolah itu semakin bergema. “Ayo tangkap dia. Ayo
tumbangkan dia. Akan kutangkap kamu.” Mereka berlari mengejarku.
“Kenapa baru hari pertama aku
langsung dikejar-kejar sih? Padahal aku kan Cuma ingin mengikuti upacar
penerimaan murid baru. Emang aku ini salah apa, apa hal ini biasa terjadi
disekolah Tokyo?”
Aku terus
berlari menghindari mereka. Ada tempat sembunyi gak ya. Oo ada pohon. Aku pun
menaikinya.
“Apa apa’an cewek itu?”
“Hei. Jangan anggap remeh cewek yang
dibesarkan di gunung ya?” ledekku pada semua cowok yang sedang menungguku
dibawah pohon.
“Sial. Aku akan segera menangkapmu.”
Namun
tiba-tiba ada seorang cowok yang datang. Dia memukul semua cowok yang ada
disitu.
“Di..dia kan Kai.” Ucap mereka.
Sepertinya cowok itu namanya Kai. “Si..sial. Ayo kita cepet pergi, jangan
sampai kita bermasalah dengannya.” Mereka pun berlari menjauh.
“Jangan pernah mengganggu murid baru
ya?” ujar cowok itu.
Dia
menolongku ya? Siapa ya dia itu? Kenapa semua kakak kelas seakan-akan takut
padanya?
“Terima ka…” saat akan mengucapkan
terima kasih, dahan yang aku duduki patah. Aku pun terjatuh. “Aaaaaa!!”
“Awas!!!” teriak cowok itu.
Brukkk… aku
jatuh menimpa dirinya.
“Aduhh sakitt.”
“Minggir!!!” geramnya. Sepertinya
dia marah aku udah menimpanya, dari pada cowok-cowok tadi dia yang paling
nakutin deh.
“Ma…maafkan aku.” Ucapku sambil
mengusap-usap kepala.
“Jadi kamu ya yang namanya Mikan?”
“Loh kamu kok tahu?” tanyaku heran.
“Mau kuberitahu?”aku pun hanya
mengangguk. “Ya udah sini aku tunjukkin dulu kelasnya.”
Aku pun
mengikuti kemana Kai melangkah. Anehnya, semua cowok disana hanya diam saat
melihatku bersama Kai. Gak kayak yang tadi waktu aku sendirian, mereka semua
seakan seperti hewan buas. Tapi kok rasanya ada yang aneh ya sama sekolah ini.
Tapi apa ya yang aneh? Ya udah lah mungkin Cuma perasaanku aja.
“Nah kita udah sampai didepan kelas.
sebelum aku buka pintu ini, aku mau kasih tahu sesuatu ke kamu.”
“Sesuatu. Apa?”
“Kamu tadi tanya kenapa aku bisa tau
namamu, dan aku yakin kamu juga pasti bertanya kenapa semua cowok tadi
mengejarmu. Iya kan?”
Aku hanya
mengagguk.
“Karena kamu satu-satunya cewek yang
sekolah disini.” Ucapnya sambil membuka pintu kelas.
Kulihat
semua murid dikelas itu emang cowok semua.
“Hai, Mikan.” Sapa cowok dikelas
itu.
“Ke..kenapa bisa begini?”
“Kenapa apanya? Dulu sekolah ini
sekolah unggulan, namun sejak tahun yang lalu reputasinya jelek jadi gak ada
murid cewek yang mau sekolah disini.”
“Kok aku gak tau soal itu.”
“Tenang aja Mikan, semua cowok
dikelas ini baik-baik kok, tapi kalo diluar semuanya monster.” Ucap seorang
cowok dikelas itu.
“Tidaakkk. Aku mau pindah saja.” Aku
pun beranjak dari tempat itu.
“Jangan lari.” Kai meraih tanganku.
“Kalo takut, aku yang akan melindungimu.” Awalnya aku takut, tapi entah kenapa
kata-kata Kai itu membuat hatiku sedikit tenang.
“Kamu adalah satu-satunya murid
cewek disekolah ini, jadi gak akan kubiarkan kamu pindah.” Ucap Kai.
“Kamu tenang aja Mikan. Sejak dulu
Kai terkenal kuat, jadi dia pasti akan melindungimu.”
Oo jadi itu
yang membuat cowok-cowok tadi takut, karena Kai kuat makanya semua lari. Ya
udahlah aku coba untuk tetap sekolah disini. Lagipula aku liat semua cowok
dikelas ini juga baik-baik.
Keesokan
harinya. Kehidupan SMA yang kudambakan pun dimulai. Namun tetap saja.
“Tidaakkkk!!!” kuberteriak.
“Hari ini kami pasti akan
menangkapmu.” Ucap semua cowok. Mereka terus aja mengejarku. Aku terus berlari,
tiba-tiba ada yang memelukku.
“Selamat pagi kakak-kakak semua.”
Kai. Dia memelukku dan menendang semua cowok.
“Terima kasih.” Aku pun sedikit
menangis.
Walaupun
tertolong, tapi kalo begini terus tiap hari. Rasanya jadi pengen pindah.
“Hei, jangan nangis. Aku kan sudah
menolongmu!!!” Senyum Kai. “Makanya jangan mikir ingin pindah.” Ekspresinya
tiba-tiba berubah 180 derajat, seremmm banget.
“Baaikkk.” Ucapku takut.
Mungkin dari
semua cowok dia-lah yang paling menakutkan. Namun saat bersama Kai, gak ada
satu pun cowok yang berani mendekatiku. Sesampainya di kelas.
“Pagi Mikan, syukurlah kamu bisa
selamat sampai disini.” Gurau semua teman cowok dikelasku.
“Oh iya pagi ini pelajaran pertama
olahraga kan? Biar aku antar ke ruang ganti.”
“I..iya.”
Saat aku
berganti pakaian, Kai menungguku diluar. Sepertinya dia terlalu
mengkhawatirkanku, sampai-sampai keruang ganti aja harus di antar. Aku pun
melepas seragamku. Namun saat akan memakai pakaian olahraga, tiba-tiba aja…
“Aaaaaa” kuberteriak.
“Mikan!!!” seketika Kai masuk
kekruang ganti, aku pun sontak memeluknya erat-erat.
“Tadi di dinding ada kecoa, aku
takut serangga.” Ucapku takut sambil memeluknya. Namun Kai sejenak terdiam.
“Se..sebelum kamu bicara. Bisa gak
kamu pakai baju dulu.” ucapnya malu.
Oh iya aku
kan tadi lagi ganti baju. Pantesan aja Kai tadi diam, ternyata aku hanya
memakai pakaian dalam. Sesudah ganti pakaian.
“Kamu ini, Cuma 1 serangga gitu aja
udah bikin heboh.”
“Ma..maafkan aku.”
“Iya. Tapi syukurlah kamu gak
apa-apa.” Ucapnya sambil mengusap-usap kepalaku.
Sikapnya
padaku, membuatku dadaku selalu berdebar-debar didekatnya. Apa ini? Kenapa
hatiku selalu senang saat didekatnya? Sejak aku pertama kali disini, Kai selalu
menjagaku. Tadi aja dia langsung masuk saat ku berteriak. Walaupun terkadang
dia menakutkan, tapi sebenarnya dia baik. Dia selalu perhatian padaku.
“Mikan, ayo cepat.”
“Terima kasih ya Kai.”
Setiap hari Kai selalu menjagaku, sedikit pun dia tak pernah
mengalihkan pandangannya padaku. Meski tiap pagi harus berkelahi dengan kakak
kelas, namun dia tetap aja melindungiku. Sikap Kai yang seperti itu, membuatku
tak ingin jauh darinya. Hari-hari seperti ini jauh lebih indah dari impianku
selama ini. Saat jam istirahat, aku mengajak Kai naik ke atas pohon.
“Kai, makan bekal sama-sama yukkk.”
“Tapi kenapa makannya harus di atas
pohon seperti ini sih.”
“Soalnya dulu waktu tinggal di
gunung, aku senang memakan bekalku di atas pohon. Oh iya aku membuat bekal
untuk Kai juga loh. Nah ini dia.” Aku menyodorkan sebuah nasi kepal yang besar
untuknya.
“Besar banget nasi kepalnya. Gimana
cara makannya coba?”
“Biasa aja kok, seperti ini. Ammm.”
Aku pun langsung memasukkan nasi kepal besar itu kedalam mulutku. Melihat
mulutku penuh dengan nasi kepal, Kai tertawa. Tertawanya manis banget.
“Melihatmu membuatku gak pernah
bosan.” Ucapnya sambil tertawa.
Hari-hariku
makin menyenangkan. Jauh lebih menyenangkan dari sebelumnya, terutama saat
melihat Kai tersenyum. Dadaku makin berdebar-debar. Kenapa ya?
Saat kembali
kekelas.
“Mikan, kita mau bikin acara
penyambutan untukumu loh.” Ucap seorang teman.
“Acara penyambutan untukku?”
“Kalo gak sibuk, bagaimana kita
rayakan aja dirumahku sesudah pulang sekolah.” Ucap teman yang lain.
“Gak kok, aku gak sibuk.”
“Syukurlah, kalo gitu udah
diputuskan sepulang sekolah kita adakan pesta.” Mereka pun bergembira. Mereka
semua ini baik-baik ya. Aku seneng banget berteman dengan mereka semua.
Sepulang
sekolah kami pun langsung berkumpul disalah satu rumah teman.
“Ayo ambil jus kalian masing-masing.
Ayo kita bersulang.”
“Ayoo.” Ucapku semangat.
“Mikan. Sini deh aku bisikkin cara
bersulang disekolah kami.” Seorang teman membisikkanku sesuatu padaku.
“Oh gitu ya, baiklah aku mengerti.
Ayo bersulangnya dimulai.” Kumakin bersemangat.
“Bersulang.” Ucap kami semua. Namun
aku tiba-tiba sengaja menumpahkan jusku dikepala Kai.
“Kamu ini apa-apa’an sih?” Kai
kelihatan sangat marah.
“Habisnya, kata mereka cara
bersulangnya seperti itu.”
“Gawat, Kai jadi basah semua nih.
Ayo, cepat mandi sana.” Mereka pun membawanya kekamar mandi.
Tadi mereka
bilang cara bersulangnya seperti itu, tapi kelihatannya Kai sangat marah.
“Mikan, sini deh aku bisikkin lagi.”
mereka pun membisikkan sesuatu lagi padaku.
“Baiklah, aku mengerti, serahkan aja
padaku.”
Aku pun
langsung mengenakan handuk dan juga pergi kekamar mandi. Srrekkk… kubuka pintu
kamar mandinya.
“Kai.”
“Ke..kenapa kamu ada disini? Cuma
pakai handuk lagi, kalo kamu mau mandi nanti dulu tunggu aku selesai.” Ucapnya
gugup sambil mengenakan handuk.
“Mereka bilang karena aku udah
menumpahkan jus padamu, aku harus bertanggung jawab. Aku harus menaati tata krama
di Tokyo, punggungmu harus kugosok.”
“Mana mungkin bisa begitu? Lagian
apa-apa’an sih mereka itu, ngomongnya ngawur banget.”
“Gak apa-apa kok Kai, karena aku ini
ahli dalam menggosok punggung. Dulu waktu di gunung aku juga sering menggosok
punggung nenekku.”
“Nenekmu itu kan cewek, kalo aku ini
kan cowok.”
“Iya aku tau kok kalo kamu cowok,
terus emang napa kalo kamu cowok. Gak ada hubungannya kan. Udah, gak usah
malu-malu sini aku gosokkin punggungmu.” Ucapku lugu.
“Kamu ini bodoh atau apa sih. Jelas
ada hubungannya.” Tiba-tiba Kai memelukku. “Mana mungkin gak ada hubungannya.
Aku kasih tau ya Mikan, jika seorang cewek dan cowok berduaan disebuah ruangan
seperti ini. Dan juga hanya memakai selembar handuk seperti ini keadaanya akan
berubah. Seekor kucing yang jinak, akan jadi macan yang buas. Kamu mengerti
gak, Mikan?” Kai memelukku makin erat. “Kamu terlalu lugu. Apa kamu tidak
pernah berfikir aku akan memelukmu seperti ini?”
Loh kenapa
aku jadi aneh, kenapa aku malah ingin dipeluk terus sama Kai. Kenapa? Dadaku
juga makin berdebar-debar. Ini pertama kalinya buatku.
“Yang penting cepatlah keluar
sebelum aku melakukan sesuatu padamu.” Ancamnya.
Namun seakan
ancamannya itu tak berarti bagiku, aku seakan ingin terus disitu memeluknya. Saat
ku tatap matanya, seakan aku ikut terhipnotis kedalamnya.
Dan Kai pun
menciumku, makin lama kurasakan ciuman Kai makin lembut dan mesra. Ini adalah
ciuman pertamaku. Seketika aku tersadar. Aku melepaskan ciuman itu dan berlari
keluar kamar mandi.
Aku pun
berganti pakaian dan buru-buru pulang. Sampai-sampai aku tak sempat berpamitan
dengan teman-teman yang lain. Saat dijalan aku terus memikirkan kejadian tadi.
Ada apa denganku ya? Kenapa tadi
dadaku berdebar-debar, baru kali ini aku merasakannya. Dan juga, tadi Kai
menciumku. Apa ini juga termasuk cara mereka untuk berteman? Tapi kalo hanya
teman, kenapa ciuman Kai lembut banget. pertanyaan itu selalu menggelayut dalam
pikiranku.
Keesokan harinya. Seperti biasanya semua cowok mengejar dan
ingin menangkapku.
“Hari ini aku akan bener-bener menangkapmu.”
“Tidaakkk!!!”
Saat berlari,
kulihat didepan ada Kai yang sedang menungguku seakan bersiap untuk memelukku.
“Mikan.” Ucapnya sambil tersenyum.
Namun
tiba-tiba aku malah menghindar darinya. Pelukan yang biasanya aku terima, malah
aku tolak.
“Hei Mikan, kenapa kau malah
berlari.” Ucap Kai marah.
Aku semakin
berlari kencang dan menjauh darinya. Setelah kejadian kemarin aku bingung harus
bersikap seperti apa didepannya. Aku sangat malu untuk bertemu dengannya. Apa
dia merasakan hal yang sama denganku.
Sejak saat
itu aku selalu menghindar darinya. Setiap pagi, bahkan saat istirahat pun aku
berusaha gak mendekatinya.
“Mikan. Kamu sama Kai ada apa sih?”
tanya teman sekelasku.
“Ng..nggak ada apa-apa kok.”
Saat sedang
mengobrol dengan teman yang lain, tiba-tiba...
“Mikan.” Kai memanggilku.
Tanpa pikir
panjang aku pun langsung melarikan diri dari jendela. Dan berlari menjauhi
kelas.
Kenapa aku
harus seperti ini? Apa yang aku lakukan ini benar? Aku terus memikirkannya.
Selang
beberapa saat aku pun kembali kekelas, karena jika aku terlalu lama dluar kelas
bisa-bisa monster itu mengejar dan menangkapku. Saat tiba dikelas aku tengok
kanan kiri, mewaspadai kehadiran Kai. Kurasa Kai udah gak ada. Aku pun masuk
dan berkumpul dengan teman lainnya. Namun saat lagi mengobrol dengan teman yang
lain, tiba-tiba ada seseorang yang meraih tanganku.
“Ka..Kai.”
“Mikan. Gak usah lari lagi, aku Cuma
ingin mengatakan sesuatu padamu. Setelah kukatakan, kamu boleh lari kemana aja
yang kamu mau.” ucapnya pelan.
“Maaf. aku udah bikin kamu takut.
Seharusnya aku gak melakukan hal kayak gitu sama kamu. Padahal aku udah
berjanji melindungimu, namun aku sendiri yang malah menyentuh dan membuatmu
takut.”
“Ng..nggak. bukn gitu, aku hanya…”
“Mulai sekarang carilah orang yang
bener-bener bisa melindungimu, aku udah gak bisa lagi melindungimu.” Wajahnya
dingin, baru kali ini kulihat wajah Kai sedingin itu.
Dia pun
langsung pergi. Kenapa. Kenapa malah jadi seperti ini? Bukan itu maksudku, aku hanya malu
bertemu dengannya. Kenapa dadaku terasa sesak seperti ini? Sakit banget
rasanya. Kai, aku harus mengungkapkan perasaanku padanya. Aku pun mengejarnya,
namun saat diluar kelas.
“Mikan sendirian ya, tumben gak ada
Kai didekatmu. Hari ini adalah hari keberuntungan kami untuk menangkapmu.” Ucap
seorang cowok.
“Aku gak akan membiarkanmu
menangkapku.” Aku berlari, mereka pun juga ikut berlari mengejarku.
Dan
tiba-tiba.
“Kamu mau lari kemana lagi, Mikan?”
seorang cowok berhasil menangkapku.
“Tidaakkk!!! Lepaskan aku. Lepaskan.”
“Udah susah payah menangkapmu, kami
gak akan melepaskanmu.” Ucap mereka sambil mengerumuniku.
Aku pun
semakin berontak.
“Kai!!!” ku berteriak.
Tiba-tiba
seseorang datang dan menarikku dari kerumunan cowok-cowok itu. Kai. Dia
menghajar semua cowok yang ada disitu. Wajahnya kelihatan serius banget, baru
kali ini dia berkelahi dengan wajah seserius itu. Selesai berkelahi aku pun
sontak langsung memeluknya. Dia kelihatan begitu terkejut.
“Kai.” Ucapku sambil menangis. “Jangan
pernah berkata seperti itu lagi. Aku gak bisa kalo bukan Kai, aku gak mau kalo
bukan Kai. Aku hanya mau dilindungi Kai, aku gak mau orang lain. Tolong jangan
suruh aku mencari orang lain.”
Sejenak Kai
terdiam, namun dia langsung membelai lembut rambutku.
“Kamu ngomong apa sih? Dasar bodoh.”
Aku pun sejenak menatapnya. “Gak usah dibilang pun aku juga gak akan
menyerahkan cewek yang aku suka sama orang lain.” Kai tersenyum.
Mendengar
jawaban Kai itu, hatiku merasa sangat lega. Ternyata Kai juga merasakan hal
yang sama denganku.
^_^ THE END ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar