Rabu, 13 Maret 2013

ASKEB BBLR


BAB I
TINJAUAN TEORI
1.1  Pengertian
a.    BBLR adalah bayi yang lahir sebelum waktunya,biasanya kurang dari 37 minggu dengan berat badan bayi premature antara 1000-2500 gram (Supardan, 2001:26)
b.    Bayi BBLR adalah bayi yang dilahirkan pada minggu ke-37 usia kehamilan (Glover,2005:17)
c.    BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram serta umur hamil kurang dari 37 minggu (Manuaba, 2008:326)
Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematika pada derajat prematuritas maka Usher (1975) menggolongkan bayi tersebut dalam 3 kelompok :
a. Bayi yang sangat premature (extremely prematuyre) : 24-30 minggu bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup terutama dinegara yang belum atau sedang berkembang
b. Bayi pada derajat premature sedang (moderately premature) : 31-36 minggu
c. Borderline premature :masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat premature dan matur
1.2  Etiologi
1.  Faktor ibu
·      Gizi saat hamil yang kurang
·      Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
·      Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
·      Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung,gangguan pembuluh darah (perokok)
·      Faktropekerja yang terlalu berat
2.  Faktor kehamilan
·      Hamil dengan hidromnion
·      Hamil ganda
·      Perdarahan antepartum
·      Komplikasi hamil: pro-eklampsia/ eklampsia, ketuban pecah dini
3.  Faktor janin
·         Cacat bawaan
·         Infeksi dalam rahim
4.  Keadaan sosial ekonomi rendah
5.  Kebiasaan :pekerjaan yang melelahkan, merokok
6.  Faktor yang masih belum diketahui
1.3 Problematik BBLR
Alat tubuh bayi premature belum berfungsi seperti bayi matur,oleh sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya. Dalam hubungan ini sebagian besar kematian perinatal terjadi pada bayi premature.
Berdasarkan dengan kurang sempurnannya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomic maupun fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan diantaranya :
1.  Suhu tubuh
·           Pusat mengatur nafas badan masih belum sempurna
·           Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah
·           Otot bayi masih lemah
·           Lemah kulit dan lemah coklat kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan
·           Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan berat badan lahir perlu diperhatikan agar tidak terjadi atau banyak kehilangan panas badan dan dapat di pertahankan sekitar 38oC sampai 37oC
2. Gangguan pernafasan
·           Di sebabkan oleh kurangnya surfaktan (rasio lesitin /sfingo myelin kurang dari 2)
·           Pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna
·           Otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang muka melengkung
·           Penyakit gangguan pernafasan yang serin diderita bayi premature adalah penyakit membrane hialin dan aspirasi pheumonia
3. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi
·           Distensi abdomen akibat dari motalitas usus berkurang
·           Volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah
·           Daya untuk mencernakan dan mengabserbi lemak,laktosa, vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang
4. Hepar yang belum matang (immature)
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin,sehingga mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai kern ikterus
5. Ginjal masih belum matang (immature)
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna sehingga mudah terjadi oedema
6.  Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh (fragile), kekurangan faktor pembukuan seperti protrombin,faktor vitamin, dan faktor Christmas
7.  Gangguan monologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar 19E gamma glubolin. Bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik
8. Perdarahan intraventrikuler
Lebih dari 50% bayi premature menderita perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi premature sering menderita apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan pernafasan
9. Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadi perdarahan dan nekrosis

1.4  Penatalaksanaan
Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan siap sedia dengan tabungan O2. Pada bayi premature makin pendek masa kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi dan makin tinggi angka kematian disebabkan gangguan pernafasan, infeksi, cacat bawaan, dan trauma pada otak
1)  Pengaturan suhu lingkungan
Bayi dimasukkan dalam incubator dengan suhu yang diatur
·      Bayi berat badan dibawah 2 kg  35oC
·      Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 34oC
Suhu incubator diturunkan 1oC setiap minggu bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-27oC
       2)  Makanan bayi premature
Umumnya bayi premature belum sempurna refleks mengisap dan batuk, kapasitas lambung masih kurang. Maka makan diberikan dengan pipet sedikit-sedikit namun lebih sering.sedangkan pada bayi small for date sebaiknya kelihatan seperti orang kelaparan, rakus minum dan makan yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi
Kemungkinan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau 100-120 call/kg/hari pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan cairan /kalori
Oleh karena mudahnya terjadi reglugitasi dan pnemoni aspirasi pada bayi premature,maka hal-hal berikut harus diperhatikan pada pemberian minum bayi
·         Bayi diletakkan pada posisi kanan untuk membantu menggosongkan lambung atau dalam posisi setengah duduk di pangkuan perawat dengan meninggikan kepala dan bahu 30oC di tempat tidur bayi atau bayi tengkurap
·         Sebelum susu diberikan, diteteskan dahulu di punggu tangan untuk merasakan apakah susu cukup hangat dan apakah keluar satu tetes dalam setiap detik
·         Pada waktu bayi minum harus diperhatikan apakah dia menjadi biru, ada gangguan pernafasan atau perut kembung pengamatan dilakukan terus sampai kira-kira setengah jam sesudah minum. Gumpalan susu dimulut harus dibersihkan dengan memberikan 3-4 sendok air yang sudah dimasak
·         Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit-sedikit dengan perlahan-lahan dan hati-hati penambahan susu setiap kali minum tidak boleh lebih dari 30 ml sehari atau tidak boleh dari 5 ml tiap hari
·         Sesudah minum bayi didudukan atau diletakkan diatas pundak selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara dilambung dan kemudian ditidurkan pada sisi kanan /tidur dalam posisi tengkurap. Hal dilakukan dengan maksud agar terjadi regusgitasi atau muntah oleh karena dalam posisi tengkurap ini susu berada di atrium politikom yang letaknya agak jauh dari esophagus, udara bergeser kearah kardia dan terjadilah pengeluaran udara tanpa makanan
·         Bila bayi biru/ mengalami kesukaran dalam bernafas pada waktu minum kepala bayi harus segera direndahkan 30o, cairan di mulut dan difaring dihisap. Bila ia masih tetap biru dan tidak Bernafas harus segera diberi O2 dan pernafasan buatan kalau perlu melakukan resusitasi dan memasang endotrakeal intubasi
Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateler sebaiknya dipakai kateler dari pelietiken yang dapat ditinggalkan dilambung selama 4-5 hari tanpairitasi .Kateter dari karet mudah menyebabkan iritasi dan infeksi
·         Yang dipakai kateler no.8 untuk bayi kurang dari 1500 gram dan no.10 untuk bayi diatas 1500 gram
·         Panjang kateler yang dimasukkan bila melalui mulut ialah sama dengan ukuran pangkal hidung processus xypoideus bila melalui hidung ditambah dengan jarak dan pangkal hidung keliang telinga
·         Mula-mula dicoba dahulu dengan air yang sudah masak apakah kateler dapat dilalui
·         Setelah kateler dimasukkan dilihat apakah bayi menjadi sesak nafas atau tidak, bila sesak nafas, mungkin kateler masuk trakea
·         Kemudian cairan lambung dihisap dan periksa keasamannya dengan kertas lakmus. Bila cairan berwarna hijau, kateler ditarik kira-kira 2 cm, kemudian dihisap lagi
·         Sebuah corong berukuran (misalnya tabung suntikan 10-20 ml) diletakkan pada ujung kateler setelah luar cairan susu dimasukkan kedalam corong lalu dibiarkan mengalir kelambung

BAB II
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN DATA
            Tanggal : 05 Desember 2012
Tempat  : Ruang Peri RSUD Bangil
Jam        : 18.00 WIB
Oleh       : Rizky Dewi Anggreniy .A

A.    DATA SUBJEKTIF
Nama               : Bayi Ny “U”
Tanggal Lahir : 03 Desember 2012
Umur               : 2 hari
Jenis kelamin   : Laki-laki
Alamat            : Pandaan

Nama Ibu        : Ny “U”                                 Nama Ayah     : Tn “K”
Umur               : 27 tahun                               Umur               : 28 tahun
Agama             : Islam                                    Agama             : Islam
Pendidikan      : SMA                                     Pendidikan      : SMA
Pekerjaan         : IRT                                      Pekerjaan         : Swasta
Alamat            : Pandaan
                        Ibu mengetahui bahwa anak keduanya lahir dengan berat badan 1700 gram, panjang badan 40 cm pada tanggal 03 Desember 2012 pukul 10.15 WIB, ketuban jernih, keadaan bayi sehat, bayi berwarna merah muda, bayi langsung menangis, tangisan kencang, tidak terdapat kelainan apapun.

B.     DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
K/U     : Baik
Kesadaran : composmentis
Tangis : kuat/kencang
Motorik : Aktif
N : 128x/menit, S : 36,10C
L. Kepala        : 24 cm
L. Dada           : 23 cm
L. Lengan        : 7 cm
P. Badan         : 40 cm
BB                   : 1700 gram
AS                   : 7-8

Pemeriksaan Fisik
Kepala lonjong, tidak ada kelainan apapun
Muka kemerahan, tidak pucat.
Mata conjungtiva merah muda, sclera putih, simetris
Hidung simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung 
Mulut tidak ada kelainan, adanya monoliasis, terpasang OGT
Abdomen tidak ada benjolan abnormal, perdarahan tali pusat (-), infeksi (-)
Genetalia tidak ada kelainan, ;abia mayor sudah menutupi labia minor
Ekstremitas atas dan bawah berwarna merah muda, tidak ada kelainan pada ekstremitas, terpasang infus ditangan sebelah kanan RD5.

Pemeriksaan Reflek
Reflek Morrow           : (+)
Reflek swallowing      : (+)
Reflek sucking            : (+)
Reflek rooting             : (+)
Reflek babinsky          : (+)
Reflek grasping           : (+)

C.    ASSASEMENT
Bayi dengan BBLR

D.    PENATALAKSANAAN
1.      Menjelaskan kondisi pasien pada keluarga, keluarga memahami
2.      Melakukan perawatan BBL, perawatan BBL sudah dilakukan
3.      Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, sudah dilakukan
4.      Menjaga tubuh bayi agar tetap hangat, sudah dilaksanakan
5.      Merawat tali pusat dengan tekhnik septik aseptik, sudah dilaksanakan
6.      Memberikan susu khusus BBLR per OGT 30 cc tiap 4 jam, hasil terlampir
7.      Mengukur suhu, nadi, pernafasan, hasil terlampir
8.      Mengganti baju dan pakaian bayi yang kotor dan basah, sudah dilaksanakan
9.      Melaksanakan advice injeksi vit K 0,01 cc dan vicillin 3x75 mg, hasil terlampir
10.  Melaksanakan metode kanguru bila bayi sudah stabil, ibu mengerti


















BAB III
PEMBAHASAN
BBLR adalah bayi yang lahir sebelum waktunya, biasanya kurang dari 37 minggu dengan berat badan  bayi premature antara 1000-2500 gram (Supardan, 2001:26)
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi di RSUD Bangil pada tanggal 05 Desember 2012 maka dapat dinyatakan bahwa bayiNy “U” usia 2 hari dengan BBLR. Ditandai dengan berat lahir 1700 gram, jaringan lemak dan lanugo masih banyak.
Pada bayi Ny “U” telah dilakukan analisa data maka tidak ada kesenjangan dengan teori dan praktek,  pada teori dilakukan asuhan kebidanan yaitu segera berkolaborasi dengan dokter sp.A dalam pemberian terapi untuk pencegahan terjadinya komplikasi diantaranya, bayi ditempatkan dalam inkubator, dengan pemberian O2, dan pemberian antibiotic serta dilakukan observasi secara ketat.
Di RSUD Bangil sudah melakukan prosedur dalam melakukan pasien dengan BBLR, BBLR diusahakan diisolasikan sehingga tidak mendapat rangsangan dari luar yang dapat menyebabkan infeksi, pemeliharaan dalam inkubator, terapi O2 dan antibiotic serta obsrevasi secara intensif.










BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Angka kejadian BBLR tertinggi terdapat pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
B.  Saran
1. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan lebih mendalami kembali tentang BBLR agar dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan efektif. Dalam praktek kebidanan ini mahasiswa dapat menggali dan mendapatkan pengalaman serta ilmu yang bermanfaat
2. Institusi
Institusi diharapkan menyediakan sumber-sumber pustaka yang up to date sehingga mahasiswa dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kesehatan
3. Rumah Sakit
Rumah Sakit disini sebagai sarana untuk di masa yang akan datang jadi diharapkan untuk lahan praktek disini memberikan kesempatan yang sebesar besarnya kepada mahasiswa untuk nanti di dunia kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar