Selasa, 12 Februari 2013

ASKEB BRONCOpneumonia


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkopneumonia merupakan radang paru yang disebabkan oleh macam-macam penyebab yaitu bakteri, virus, jamur dan benda asing. Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari, suhu tubuh bisa naik secara mendadak sampai 39-400 C dan kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
Bila penanganan pada penyakit ini tidak dilakukan dengan segera maka akan mengakibatkan komplikasi yaitu empicma, otitis media akut dan juga komplikasi lain yang dekat seperti atelek dosis, emfisma atau kimpiklasi jauh seperti meningitis. Dan komplikasi ini dapat ditangani dengan pemberian antibiotic secara tepat.
Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik untuk membuat Asuhan Kebidanan pada An. “M” dengan Bronco Pneumonia Di Ruang Mas Mansyur RSU “Aminah” Blitar.

B. Tujuan

1.      Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan Asuhan Kebidanan pada An “M” Dengan Bronco Pneumonia Di RSU “Aminah” Blitar.
2.    Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat :
a.       Mengkaji data subjektif dan objektif pada An “M” Dengan Bronco Pneumonia
b.      Mendiagnosa dan mengidentifikasi masalah pada An “M” Dengan Bronco Pneumonia
c.       Menyusun rencana asuhan pada An “M” Dengan Bronco Pneumonia
d.      Melakukan tindakan kebidanan pada An “M” Dengan Bronco Pneumonia
e.       Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada An “M” Dengan Bronco Pneumonia

C. Metode Penulisan

Asuhan kebidanan ini disusun dengan cara :
3.      Observasi
Melakukan pengamatan langsung pada klien
4.      Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung pada klien guna mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan oleh anak, sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan benar sesuai dengan masalah yang ada.
5.      Praktek
Melakukan praktek langsung melalui pendekatan manajemen kebidanan
6.      Studi Pustaka
Membaca sumber buku yang dapat mendukung terlaksananya asuhan yang dapat membandingkan antara teori dan praktek

D. Sistematika Penulisan

BAB I       PENDAHULUAN
BAB II      TINJAUAN PUSTAKA
BAB III    TINJAUAN KASUS
BAB IV    PEMBAHASAN
BAB V      PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA









                                    
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Bronko pneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).

B. ETIOLOGI PNEUMONIA
1.      Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2.      Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3.      Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4.      Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

C. PATOFISIOLOGI

Bronchopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya di sebabkan oleh virus penyebab bronchopneumonia yang masuk kesaluran pernapasan sehingga terjadi peradangan bronchus dan alveolus. Inflamasi bronchus di tandai adanya penumpukan secret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi pasif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penularan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga fleura, emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratory, pada klien terjadi sianosis dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.


D. MANIFESTASI KLINIS PNEUMONIA
Manifestasi klinis dari bronkopneumonia adalah antara lain:
1.      Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
o    Nyeri pleuritik
o    Nafas dangkal dan mendengkur
o    Takipnea

2.      Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
o    Mengecil, kemudian menjadi hilang
3.      Gerakan dada tidak simetris
4.      Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5.      Diaforesis
6.      Anoreksia
7.      Batuk kental, produktif
8.      Gelisah
9.      Syanosis


D. PEMERIKSAAN PENUNJANG PNEUMONIA
1.      Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
2.      Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3.      Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
4.      Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
5.      Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
6.      Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
7.      Bilirubin : mungkin meningkat

E. PENATALAKSANAAN PNEUMONIA
  • Pengobatan supportive bila virus pneumonia
  • Bila kondisi berat harus dirawat
  • Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena
  • Antibiotik sesuai dengan program
  • Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
Penatalaksanaan perawatan
1. Pengkajian
-  Kaji status pernafasan
-  Kaji tanda- tanda distress pernafasan
-  Kaji adanya demam, tachicardia, malaise, anoreksia, kegeisahan
2. Diagnosa keperawatan
  1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas
  2. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi exudat
  3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea
  4. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan infus
  5. Risiko tinggi terjadi kerussakan integritas kulit berhubungan dengan bed rest total
  6. Risiko tinggi terjadi cedera berhubungandengan kejang
3. Perencanaan
  1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan  sekret di jalan nafas
Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam jalan nafas menjadi bersih
Kriteria:
-  Suara nafas bersih tidak ada ronkhi atau rales, wheezing
-  Sekret di jalan nafas bersih
-  Cuping hidung tidak ada
-  Tidak ada sianosis
F. PENGKAJIAN DATA PNEUMONIA
1.      Aktivitas / istirahat
o    Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
o    Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2.      Sirkulasi
o    Gejala : riwayat gagal jantung kronis
o    Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3.      Integritas Ego
o    Gejala : banyak stressor, masalah finansial
4.      Makanan / Cairan
o    Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
o    Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan malnutrusi
5.      Neurosensori
o    Gejala : sakit kepala bagian frontal
o    Tanda : perubahan mental
6.      Nyeri / Kenyamanan
o    Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia, atralgia
7.      Pernafasan
o    Gejala : merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
o    Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
o    Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
o    Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial
o    Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
o    Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8.      Keamanan
o    Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
o    Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubela / varisela
9.      Penyuluhan
o    Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis



BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan analisa dari penulis dan uraian kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Pada pengkajian An “M” dengan bronco pneumonia keluhan demam tinggi, nafsu makan menurun dan batuk.
Menurut teori suhu normal pada anak 36,5 – 37,50C, sedangkan berdasarkan pada kasus An”M” memiliki suhu 390C, sehingga terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus yang sudah diamati.





















BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Broncopneumoni merupakan radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai bercak-bercak infiltrate. Penyebarannya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Juga terdapat factor lain misalnya daya tahan tubuh menurun.

B.  Saran
·      Petugas kesehatan dan masyarakat
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada anak “M” usia 2 tahun dengan bronchopneumonia di ruang anak RSU “Aminah” Blitar diharapkan bronchopneumonia dapat di tangani dengan benar dan tepat. Sehingga terapi dan tindakan petugas berjalan sesuai intervensi yang telah di rencanakan. Pemberian intervensi yang benar dan tepat didukung oleh implementasi yang maksimal serta keterangan yang jelas di harapkan bisa di mengerti dan di terapkan dengan benar sehingga masalah teratasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar