BAB I
TINJAUAN TEORI
1.1 KONSEP DASAR
1.1.1
Definisi
Demam Kejang atau febril convulsion
adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal
diatas 38 o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. (Ngatsiyah : 2007 )
Demam Kejang merupakan kelainan neurologist
yang paling sering dijumpai pada anak tertama pada golongan anak yang berumur 6
bulan sampai 4 tahun.. Pada demam kejang terjadi pembahasan sekelompok neuron
secara tiba-tiba yang menyebabkan suatu gangguan kesadaran, gerak, sensori atau
memori yang bersifat sementara. ( Aesceulaplus : 2000 )
Jenis-jenis demam
Kejang :
1) Kejang
Parsial
a. Kejang
Persial Sederhana. Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih
hal berikut ini :
Ø Tanda-tanda motorik kedutaan
pada wajah, tangan atau salah satu sisi tubuh umumnya gerakan setiap kejang
sama
Ø Tanda atau gejala otomik,
muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
Ø Somotosenoris atau sensori
khusus, mendengar musik, merasa seakan jatuh dari udara
Ø Gejala psikis, rasa takut
b. Kejang
Parsial Kompleks
Ø Terapat gangguan kesadaran,
walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
Ø Dapat mencakup otomatisme atau
gerakan otomatik, mengecap-ngecap bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang
berulang-ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya
Ø Tatapan terpakau. ( Natsiyah :
2004 )
2) Kejang
Umum.
a. Kejang
Tonik. Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan
rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi
prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu
ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang
menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan
bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di
bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena
infeksi selaput otak atau kernikterus
b.
Kejang Klonik. Kejang Klonik dapat
berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan multifokal
yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3
detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan
biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh
kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh
ensepalopati metabolik.
c.
Kejang Mioklonik. Gambaran klinis yang
terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak
yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro.
Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan
hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.
1.1.2
Manifestasi klinik
Terjadinya
bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu
badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf
pusat : misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkhitis, serangan kejang
biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam berlangsung singkat dengan
sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik.
Kejang
berhenti sendiri, menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin timbul
pertanyaan sifat kejang/gejala yang manakah yang mengakibatkan anak menderita
epilepsy. Untuk itu livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam
menjadi 2 golongan yaitu :
1.
Kejang demam sederhana (simple fibrile
convulsion)
2.
Epilepsi yang di provokasi oleh demam
epilepsi trigered off fever
1.2 ETIOLOGI
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini
belum diketahui dengan Pasti, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran
kemih. Kejang tidak selalu tinbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam
yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang (Mansjoer, 2000).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang
yang mengalami hipoksemia (penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia,
asodemia, alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang yang
disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus
pencetusnya dihilangkan (Corwin, 2001).
1.3 TANDA DAN GEJALA
Umumnya demam kejang berlangsung
singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik-tonik bilateral. Bentuk
kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan
disertai kelaukan atau hanya sentakan atau kelaukan fokal.
Sebagian besar kejang berlangusng kurang
dari 6 menit dan kurang 80 % berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali
kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi
apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun
dan sadar kembali tanpa deficit neurology. Kejang dapat diikuti hemiparesis
sementara yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral
yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang
berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang yang pertama.
Dan orang tua akan mneggambarkan
manifestasi kejang tonik-klonik (yaitu, tonik-kontraksi otot, ekstensi
eksremitas, kehlangan control defekasi dan kandung kemih, sianosis dan
hilangnya kesadaran. (Mary E Muscari)
1.4 ANATOMI FISIOLOGI
Seperti yang dikemukakan Syaifuddin
(1997), bahwa system saraf terdiri dari system saraf pusat (sentral nervous
system) yang terdiri dari cerebellum, medulla oblongata dan pons (batang otak)
serta medulla spinalis (sumsum tulang belakang), system saraf tepi (peripheral
nervous system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-saraf kepala) dan
semua cabang dari medulla spinalis, system saraf gaib (autonomic nervous
system) yang terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan parasymphatis
(sistem saraf parasimpatis).
Otak berada di dalam rongga tengkorak
(cavum cranium) dan dibungkus oleh selaput otak yang disebut meningen yang
berfungsi untuk melindungi struktur saraf terutama terhadap resiko benturan
atau guncangan. Meningen terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater, arachnoid dan
piamater.
Sistem
saraf pusat (Central Nervous System) terdiri dari :
a.
Cerebrum (otak besar)
Merupakan bagian terbesar yang mengisi
daerah anterior dan superior rongga tengkorak di mana cerebrum ini mengisi
cavum cranialis anterior dan cavum cranialis media.
Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu
: Corteks cerebri dan medulla cerebri. Fungsi dari cerebrum ialah pusat
motorik, pusat bicara, pusat sensorik, pusat pendengaran / auditorik, pusat
penglihatan / visual, pusat pengecap dan pembau serta pusat pemikiran.
Sebagian kecil substansia gressia masuk
ke dalam daerah substansia alba sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi
tepi sudah berada di dalam daerah medulla cerebri. Pada setiap hemisfer cerebri
inilah yang disebut sebagai ganglia basalis. Yang termasuk pada ganglia basalis
ini adalah :
1)
Thalamus
Menerima semua impuls sensorik dari
seluruh tubuh, kecuali impuls pembau yang langsung sampai ke kortex cerebri.
Fungsi thalamus terutama penting untuk integrasi semua impuls sensorik.
Thalamus juga merupakan pusat panas dan rasa nyeri.
2) Hypothalamus
Terletak di inferior thalamus, di dasar
ventrikel III hypothalamus terdiri dari beberapa nukleus yang masing-masing
mempunyai kegiatan fisiologi yang berbeda. Hypothalamus merupakan daerah
penting untuk mengatur fungsi alat demam seperti mengatur metabolisme, alat
genital, tidur dan bangun, suhu tubuh, rasa lapar dan haus, saraf otonom dan
sebagainya. Bila terjadi gangguan pada tubuh, maka akan terjadi
perubahan-perubahan. Seperti pada kasus kejang demam, hypothalamus berperan
penting dalam proses tersebut karena fungsinya yang mengatur keseimbangan suhu
tubuh terganggu akibat adanya proses-proses patologik ekstrakranium.
3) Formation
Reticularis
Terletak di inferior dari hypothalamus
sampai daerah batang otak (superior dan pons varoli) ia berperan untuk
mempengaruhi aktifitas cortex cerebri di mana pada daerah formatio reticularis
ini terjadi stimulasi / rangsangan dan penekanan impuls yang akan dikirim ke
cortex cerebri.
b.
Serebellum
Merupakan bagian terbesar dari otak
belakang yang menempati fossa cranial posterior. Terletak di superior dan
inferior dari cerebrum yang berfungsi sebagai pusat koordinasi kontraksi otot
rangka.
System saraf tepi (nervus cranialis)
adalah saraf yang langsung keluar dari otak atau batang otak dan mensarafi
organ tertentu. Nervus cranialis ada 12 pasang:
1)
N.
I
: Nervus Olfaktorius
2)
N.
II
: Nervus Optikus
3)
N.
III
: Nervus Okulamotorius
4)
N.
IV
: Nervus Troklearis
5)
N.
V
: Nervus Trigeminus
6)
N.
VI
: Nervus Abducen
7)
N.
VII
: Nervus Fasialis
8)
N. VIII
: Nervus Akustikus
9)
N.
IX
: Nervus Glossofaringeus
10)
N.
X
: Nervus Vagus
11)
N.
XI
: Nervus Accesorius
12)
N.
XII
: Nervus Hipoglosus.
System saraf otonom ini tergantung dari
system sistema saraf pusat dan system saraf otonom dihubungkan dengan urat-urat
saraf aferent dan efferent. Menurut fungsinya system saraf otonom ada 2 di mana
keduanya mempunyai serat pre dan post ganglionik yaitu system simpatis dan
parasimpatis.
Yang
termasuk dalam system saraf simpatis adalah :
1) Pusat saraf
di medulla servikalis, torakalis, lumbal dan seterusnya
2)
Ganglion simpatis dan serabut-serabutnya yang disebut trunkus symphatis
3) Pleksus
pre vertebral : Post ganglionik yg dicabangkan dari ganglion kolateral.
System saraf parasimpatis ada 2 bagian
yaitu :
1.
Serabut saraf yang dicabangkan dari otak atau batang otak
2.
Serabut saraf yang dicabangkan dari medulla spinalis.
1.5 PATOSIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup
sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku
untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah
oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui system
kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak
adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon
dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya,
kecuali ion clorida. Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar
sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat
diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang
datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena
penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh
tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di
ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya
lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian
besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya
dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan
terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis
1.6 KOMPLIKASI
a. Aspirasi
b. Asfiksi
c. Retardasi
mental
Komplikasi
tergantung pada :
a.
Riwayat penyakit kejang tanpa demam
dalam keluarga
b.
Kelainan dalam perkembangan atau
kelainan saraf sebelum anak menderita demam kejang
c.
Kejang berlangsung lama atau kejang
tikal
1.7 PENATALAKSANAAN MEDIS
1.
Pemberian cairan IV dengan cairan yang mengandung glukosa
2. Pila
kejang sangat lama, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya edema otak.
Diberikan kortikosteroid sepeti kortison 20-30 mg/Kg BB atau glukokortikoid
seperti deksametason ½ – ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
3. Berikan
diazepam secara IV / Rectal untuk menghentikan kejang
4.
Pemberian Fenobarbital secara IV
5. Untuk
menghentikan status kovulsivus diberikan difenilhidantion secara IV
6. Pembedahan,
terutama untuk pasien yang resisten terhadap pengobatan yang tujuannya :
o
Memetakan aktivitas listrik di otak
o
Menentukan letak / focus epileprogenik
o
Mengangkat tumor, kelainan otak lainnya
o
Namun pembedahan dapat meninbulkan
berbagai komplikasi lain : edema serebral, hemoragi, hidrocepalus, infark
serebral atau peningkatan kejang. (Ngastiyah, 1997).
BAB II
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN DATA
Tanggal
: 26 November 2012
Tempat
: Ruang Anak RSUD Bangil
Jam
: 21.00 WIB
Oleh
: Rizky Dewi Anggraeniy A.
A.
DATA
SUBJEKTIF
Nama Anak : An “S”
Tanggal Lahir : 10 November 2011
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 1 tahun
Nama Ibu : Ny “K” Nama
Ayah : Tn “A”
Umur : 35 tahun Umur : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan
: SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani
Alamat : Sungikulon RT 03 RW 03
Pohjentrek, Pasuruan
Ibu mengatakan anaknya kejang 1x dirumah, sebelumnya
menderita batuk lama. Anaknya juga panas namun tidak diare.
B.
DATA
OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
K/U : Lemah
Kesadaran : somnolen
BB : 6,5 kg, N : 110x/menit,
RR : 20x/menit, S : 38,50C
Pemeriksaan Fisik
Muka terlihat agak
pucat, tidak oedema
Mata conjungtiva pucat,
sklera putih, mata agak cowong
Abdomen turgor kulit
menurun, meteorismus, bising usus (+)
Ekstremitas tidak
oedema, turgor menurun, pada tangan sebelah kanan terpasang infus (RL)
C.
ASSASEMENT
Anak dengan Kejang
Demam Sederhana (KDS)
D.
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan
hasil pemeriksaan kepada keluarga pasien dan rencana asuhan yang akan
diberikan, keluarga mengerti
2. Menganjurkan
ibu untuk mengkompres dingin anaknya, ibu mau melakukan
3. Menganjurkan
ibu untuk membantu anaknya mobilisasi ( miring kanan dan kiri), ibu mau
melakukannya
4. Memberikan
terapi (medicamentosa) : - inf RL 28 tpm mikro diberikan secara IV
- Inj
Antrain 3x70 mg diberikan per IV
- Stesolid
supp 5 mg bila kejang diberikan per rectum
- Inj
vicillin 3x200 mg diberi per IV
Terapi per NGT : -
Chlorampenicol 4x100 mg
- PCT
syr 4x5 cc
5. Memberikan
inform consent, keluarga menyetujui untuk tindakan medis yaitu terapi obat.
6. Menganjurkan
pada keluarga agar tetap memberikan makanan yang bergisi pada anaknya dan juga sering
diberi minum, keluarga memahami.
BAB
III
PEMBAHASAN
Demam Kejang merupakan kelainan
neurologist yang paling sering dijumpai pada anak tertama pada golongan anak
yang berumur 6 bulan sampai 4 tahun.. Pada demam kejang terjadi pembahasan
sekelompok neuron secara tiba-tiba yang menyebabkan suatu gangguan kesadaran,
gerak, sensori atau memori yang bersifat sementara. (Aesceulaplus : 2000 )
Setelah
melakukan asuhan kebidanan pada anak “S” di RSUD BANGIL maka dapat dinyatakan bahwa anak “S” usia 1 tahun menderita kejang demam
sederhana. Pemberian terapi
serta pemberian KIE yang jelas diharapkan bisa dimengerti oleh keluarga pasien
dan bisa melaksanakan semua yang telah dianjurkan sehingga masalah dapat
teratasi.
Pada anak Ny “S” telah dilakukan analisa data maka tidak ada kesenjangan
dengan teori dan praktek. Dengan
demikian penulis memberikan asuhan kebidanan dengan memperhatikan gejala dan
keluhan yang terjadi sehingga diharapkan tidak terjadi masalah lain yang bisa
merugikan pasien.
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Demam
Kejang merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada anak
tertama pada golongan anak yang berumur 6 bulan sampai 4 tahun.. Pada demam
kejang terjadi pembahasan sekelompok neuron secara tiba-tiba yang menyebabkan
suatu gangguan kesadaran, gerak, sensori atau memori yang bersifat sementara.
(Aesceulaplus : 2000 )
Pada kasus asuhan kebidanan pada anak
“S” usia 1 tahun dengan
kejang demam sederhana mengeluh
anaknya
kejang 1x dirumah, sebelumnya menderita batuk lama. Anaknya juga panas namun
tidak diare. Diberi terapi inf
RL 28 tpm mikro, Inj Antrain 3x70 mg, Stesolid supp 5 mg bila kejang, Inj vicillin
3x200 mg. Dan terapi per NGT : Chlorampenicol 4x100 mg, PCT syr 4x5 cc.
Saran
- Tenaga Kesehatan
-
Dalam
memberikan pelayanan seorang petugas kesehatan harus memperhatikan secara
teliti keadaan fisik sehingga setelah diberikan tindakan tidak timbul
komplikasi.
-
Dalam
melakukan tindakan harus memperhatikan prinsip sterilisasi
-
Diharapkan
petugas kesehatan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan ketrampilan dan
kompeten.
- Masyarakat
Mengharapkan pada masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan, terutama
dengan cara menjaga kebersihan diri, rumah, dan lingkungan sekitar.
- Mahasiswa kebidanan
Mengharapkan kepada mahasiswa untuk
lebih memperdalam ilmu pengetahuan tentang kebidanan khususnya ilmu tentang
diare, dan mampu memberikan asuhan kebidanan pada anak dengan diare sesuai
teori dan praktek di lapangan.
DAFTAR
PUSTAKA
FKUI, 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1.
Jakarta
Hamilton, Persis Mery, 1995. Dasar-Dasar
Keperawatan Maternitas. Edisi 6. Jakarta, EGC
EGC, 1992. Diare Akut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar