BAB I
TINJAUAN
TEORI
1.1 KONSEP
DASAR NIFAS
1.1.1 Definisi
Nifas
a. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil.
(Rustam Mochtar, 1998. hal
115)
b. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau
masa dimana organ-organ reproduksi kembali keadaan tidak hamil.
(Helen Varney, 1999. hal
225)
c. Puerperium merupakan waktu yang diperlukan untuk
pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal, berlangsung selama 6 minggu
atau 42 hari.
1.1.2 Fisiologi
Nifas
a. Involusi
Proses involusi
uterus
Involusi
|
Tinggi fundus uteri
|
Berat uterus
|
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
|
Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat simphysis
Tidak teraba diatas symphysis
Bertambah kecil
Sebesar normal
|
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
|
Proses involusi uteri pada batas
implantasi plasenta
1) Batas implantasi plasenta segera setelah lahir
seluas 12x15 cm permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
2) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose,
disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim
3) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada
minggu ke-2 sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
4) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk
jaringan nekrosis bersama dengan lochea.
5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena
pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis
endometrium.
6) Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa
puerperium.
b. Lochea
Pengeluaran lochea dapat dibagi
berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut :
1) Lochea rubra (kruenta)
Keluar pada hari
ke-1 sampai ke-3, berwarna merah dan hitam yang terdiri dari sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo sisa darah.
2) Lochea sanguinolenta
Keluar pada hari
ke-3 sampai ke-7 yang berwarna merah kekuningan.
3) Lochea serosa
Terjadi pada
hari ke-7 sampai ke-14 yang berwarna kekuningan.
4) Lochea alba
Terjadi setelah hari ke-14 yang berwarna putih.
c. Serviks
Serviks mengalami involusi
bersama-sama uterus, setelah persalinan ostium uteri eksternum dapat dimasuki
oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu postnatal, serviks menutup.
d. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan
serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, vulva dan vagina kembali ke
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum
menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang
bergerak maju, pada postnatal hari ke-5 perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap kendur daripada keadaan sebelum
melahirkan.
f. Payudara
Berbeda dengan perubahan atrofik yang
terjadi pada organ-organ pelviks. Payudara mencapai maturitas yang penuh selama
masa nifas kembali jika laktasi disupresi payudara akan terjadi lebih besar,
lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan
status hormonal serta dimulai laktasi.
g. Traktus urinarius
Buang air kecil sering sulit selama 24
jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan oedem leher buli-buli
sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang publis
selama persalinan.
h. Sistem gastrointestinal.
Kerap kali diperlukan waktu 3 sampai 4
hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama 1 atau
2 hari. Gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum
melahirkan diberi enema. Rasa sakit di daerah perienum dapat menghalangi
keinginan ke belakang.
i.
Sistem
kardiovaskuler
Setelah terjadi diuerisis yang
mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada ke
keadaan tidak hamil, jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal
pada hari ke-6.
j.
Perubahan
psikologis
1) Fase taking in (ketergantungan)
Terjadi pada hari I sampai 2, biasanya
perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya sendiri, pasif dan tidak
menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan tidak memperhatikan.
2) Fase taking hold
Terjadi pada hari ke 3 sampai 4 ibu
biasanya mengatasi fungsi tubuh seperti BAK dan BAB, melakukan aktivitas duduk,
jalan dan belajar tentang perawatan diri sendiri dan anaknya, sehingga timbul
kurang percaya diri.
3) Fase letting go
Berlangsung pada hari ke-5 sampai 6
terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan bayi dan dirinya.
1.1.3
Pengawasan Nifas
Puerperium dibagi menjadi 3 periode :
a. Puerperium dini
Yaitu keputihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan jalan-jalan.
b.Puerperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi.
Kunjungan yang
dilakukan selama nifas
1) Kunjungan I
Waktunya 6 sampai 8
jam setelah persalinan, tujuannya :
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
rujuk jika perdarahan berlanjut
c) Memberikan konseling pada ibu bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia
g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelainan atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2) Kunjungan ke II
Waktunya 6 hari
setelah persalinan, tujuannya :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal :
uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus. Tidak ada perdarahan abnormal,
dan tidak ada bau
b) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan
dan istirahat
c) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperhatikan tanda-tanda penyulit.
d) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3) Kunjungan ke III
Waktunya 2 minggu setelah persalinan,
tujuannya sama seperti 6 hari setelah persalinan.
4) Kunjungan ke IV
Waktunya 6 minggu
setelah persalinan, tujuannya :
a)
Menanyakan
pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
b)
Memberikan
konseling untuk KB secara dini.
1.1.4 KIE
a. Mobilisasi
Ibu harus istirahat, sering tidur
miring ke kiri dan ke kanan, kemudian mulai berjalan-jalan.
b. Diet
Ibu harus makan-makanan yang bergizi
dan cukup kalori yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan
buah-buahan.
c. Miksi
Jangan ditahan, segera dilakukan
sendiri secepatnya kadang wanita mengalami sulit kencing karena oedema selama
persalinan atau sfingter uretra ditekan oleh kepala janin.
d. Defekasi
BAB harus dilakukan 3 sampai 4 hari
pasca persalinan. Bila sulit BAB dapat diberi obat laksan per oral atau per
rektal.
e. Perawatan payudara
Hendaknya melakukan perawatan payudara
secara rutin 2 kali sehari sebelum mandi untuk memperlancar produksi ASI.
f. Menyusui
Hendaknya memberikan ASI saja sampai
bayi berusia 6 bulan. Menyusui bayinya secara teratur setiap 2 jam, dengan
bergantian antara payudara yang kanan dan kiri.
g. Senggama
Secara fisik melakukan hubungan suami
istri bila darah sudah merah, sudah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2
jari ke dalam vagina tanpa rasa sakit.
h. KB
Menganjurkan pada ibu untuk segera
ikut KB jika sudah mendapatkan menstruasi, dan menganjurkan ibu untuk
menggunakan jenis KB yang tidak mengganggu proses laktasi seperti jenis KB non
homonal (IUD, kalender) atau juga suntik KB 3 bulan.
1.2
KONSEP DASAR SEKSIO CAESAREA
1.2.1
Pengertian
a. Suatu Persalinan Buatan,Dimana Janin Dilahirkan
Melalui Suatu Insisi Pada Perut Dan
Dinding Rahim Dengan Syarat Rahim Dalam Keadaan Utuh Serta Berat Janin Diatas
500 Gram
(Prawirohardjo,Sarwono,1998,133)
b.
Suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat diatas 500 gram melalui sayatan dinding uterus yang masih utuh
(Prawirohardjo,Sarwono,1998,134)
c. Persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen
dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1000 gram atau umur
kehamilan > 28 minggu
(Manuabua :1999,257 )
1.2.2
Istilah SC
a. Seksio caesarea secara
primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa
janin akan dilahirkan secara seksio caesarea tidak diharapakan lagi kelahiran
pervaginam,misalnya pada panggul sempit
b. Seksio caesarea sekunder
Kita bersikap mencoba menunggu
kelahiran biasa bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan,baru
dilakukan SC
c. Seksio caesarea berulang
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami
seksio caesarea dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio caesarea ulang
d. Seksio caesarea
histerektomi
Suatu operasi dimana setelha janin
keluar dari kavum uteri dan langsung dialkukan histerektomi,oleh karena sutu
indikasi
e. Seksio caesarea porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin
dari kavum uteri dan langsung dilakukan histerektomu,misalnya pada keadaan
infeksi rahim yang berat
1.2.3 Indikasi SC
a.
Plasenta
previa
b.
Panggul
sempit
c.
Dispropporsi
cephalopelvik
d.
Ruptur uteri
mengancam
e.
Partus lama
f.
Distosia
servik
g.
Preeklamsi
dan hipertensi
h.
Kelainan
letak (sungsang,lintang)
(Hanifa,2000)
1.2.4
Jenis-jenis operasi seksio caesarea
- seksio caesarea Klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri
- seksio caesarea Ismika atau profumda dengan insisi pada segmen bawah rahim
- seksio caesarea Ekstra peritonealis,yaitu membuka peritoneum parteralis dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis
Menurut arah sayatan pada rahim, dapat dilakukan
sbb:
1) Sayatan memanjang (longitidinal) memulai kronimg
2) Sayatan tranversal (melintang)
3) Sayatan huruf T (T-insicion)
(Manuaba,1999)
1.2.5 Komplikasi
a. Infeksi puerpuralis (nifas)
1) Ringan dengan kenaikan suhu tubuh beberapa hari
saja
2) Sedang dengan peningkatan lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung
3) Berat dengan peritolisis sepsis dan, hal ini sering disertai post partum
terlambat dimana sebelumnya terjadi infeksi intra partial karena ketuban yang
telah pecah terlalu lama, penanggulangan adalah dengan pemberian cairan
elektrolit dan antibiotika yang adekuat dan tepat
b. Perdarahan disebabkan karena:
1)
Banyaknya
pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2)
Atonia uteri
3)
Perdarahan
plasenta yang berat
c. Lluka,kandung kemih, emboli paru
d. Kemungkinan
rupture spontan pada kehamilan mendatang
(Hanifa,2000)
1.2.6 Perawatan Setelah Operasi
Observasi
komplikasi meliputi:
a. Kesadaran penderita
b. Pengukuran dan memerikasi
TTV
Pengukuran :
F Tekana darah,suhu,nadi,pernafasam
F Keseinbangan cairan meliputi produksi urine,dengan
perhitungan
o
Produksi
urine : 500-600 cc
o
Penguapan
badan : 900-1000 cc
F Penberian cairan pengganti sekitar 2000-2500 cc
dengan perhitungan 20 tetes/menit (1 cc/menit)
F Infus setelah operasi
c. Pemeriksaan
F Paru
o
Kebersihan
jalan nafas
o
Ronkhi basal
untuk mengetahui adanyan oedema paru
F Bising usus menandakan berfungsinya usus (dengan
adanya flatus)
F Perdarahan lokal pada luka operasi
F Kontraksi rahim yang menutupi pembuluh darah
F Perdarahan pervaginam adalah : evaluasi
pengeluaran lochea, adanya atonia uteri yang meningkatkan perdarahan
berkepanjangan
Profilaksis antibiotika
Pertimbangan pemberian antibiotika
yaitu profilaksis, bersifat terapi karena sudah terjadi infeksi,berpedoman pada
hasil tes sensitifitas,kualitas antibiotik yang akan diberikan
Mobilisasi
penderita
a. mobilisasi fisik
·
setelah sadar
pasien boleh miring
·
berikutnya
duduk,bahkan jalan dengan infus
·
infus dan
kateter dibuka pada hari kedua ketiga
b. mobilisasi usus
setelah hari pertama dan keadaan pasien baik,
penderita boleh minum.diikuti makan bubur saring dan pada hari kedua ketiga
makan bubur,hari kempat kelima nasi biasa dan boleh pulang
(Manuaba,1999)
1.2.6Nasehat
bagi ibu yang telah dilakukam Sc
1.
Sedapat-dapatnyan jangan hamil dulu selama 2 tahun setelah SC
2. Kehamilan dan persalinan berikutnya harus
diawasi dan berlangsung di RS yang lebih lengkap,untuk mengetahui apakah pada
persalinan berikutnya dilaksanakan SC lagi atau tergantung dari indikasi
dilakukan SC sebelumnya
(Sastra winata,sulaiman,1996)
BAB II
TINJAUAN KASUS
I.
PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 24 Januari 2012
Tempat : RSIA Ben Mari
Jam : 16.00 WIB
Oleh : Rizky Dewi Anggraeniy A.
A. DATA SUBJEKTIF
Nama Ibu : Ny ”E” Nama Suami : Tn ”S”
Umur : 20 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama
: Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan
: SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Kebon Agung RT 07 RW 01
Ibu mengatakan telah melahirkan anak
pertamanya SC pada tanggal 22 Januari 2012 jam 22.35 WIB dengan BB 2500 gram
dan PB 48 cm. Ibu mengeluh nyeri luka bekas operasi.
B.
DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan
Umum
K/U : baik
TD : 110/80
mmHg, N : 80x/menit, RR : 22x/menit, S : 367oC
UC : baik
Pemeriksaan
Fisik
Muka
kemerahan, tidak oedema
Konjungtiva
merah muda, sclera putih
Putting susu
menonjol, terdapat hiperpigmentasi, terdapat hipervaskularisasi
Abdomen terdapat
luka bekas SC tertutup hypavick, tidak ada tanda-tanda infeksi
Genetalia terdapat pengeluaran darah (lochea
rubra), terpasang kateter, tidak oedema
Ekstremitas atas dan bawah tidak oedema, terpasang
infus pada tangan kiri RL 20 tpm
Data Bayi
Bayi lahir SC tanggal 22 Januari 2012 jam 22.35
WIB BB 2500 gram PB 48 cm AS 8-9, jenis kelamin perempuan, Anus (+), cacat (-),
ketuban jernih
C.
ASSASEMENT
P1001 Ab000
dengan post SC hari ke-2
D.
PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu
memahami
2. Melakukan perawatan luka post operasi,
mengganti kasa dan hypavick
3. Melakukan observasi TFU, UC, lochea,
urine, hasil terlampir
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal
hygiene dan tetap menyusui bayinya meski pun jarang, ibu memahami dan
melaksanakannya
5. Memberikan KIE kepada ibu, ibu memahami
6.
Memberikan
terapi, hasil terlampir
BAB III
PEMBAHASAN
Kala nifas (puerperium) adalah
waktu yang digunakan untuk pulihnya alat kandungan dalam keadaan normal yang
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. (Manuaba, 1998). Sectio secarea
merupakan suatu cara melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen
(laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi)
(Williams, 2004). Cara ini merupakan jalan alternatif jika persalinan
normal kan membahayakan bagi ibu dan janin.
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “E” P1001
Ab000 post SC hari ke-2, penanganannya Yang diberikan tidak jauh
berbeda antara teori dengan kenyataan
yang ada di lapangan.
Fokus utama Asuhan pada pasien post SC adalah perawatam
luka operasi agar selalu dalam keadaan
kering untuk mencegah terjadinya infeksi,akan tetapi tidak dapat dikesampingkan
pemenuhan nutrisi observasi TTV,TFU,perdarahan,Locheo,UC harus dilakukan setiap
hari karena hal itu untuk mendeteksi adanya komplikasi pada ibu nifas. Dalam
memberikan asuhan kebidanan tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan
yang ada di lapangan.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Masa nifas merupakan masa untuk ibu
memulihkan kesehatan seluruh organ-organ dalam tubuhnya terutama organ
kandungannya. Untuk dapat pulih secara sempurna ibu harus mendapatkan asuhan
kebidanan yang optimal dari petugas kesehatan.
Dalam melakukan asuhan kebidanan pada
ibu nifas sebaiknya sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah
ditetapkan. Pengkajian data yang tepat dari pasien akan menentukan
tindakan-tindakan dalam asuhan kebidanan.Sehingga jika tindakan telah sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan ibu , maka ibu dapat pulih secara sempurna.
Asuhan kebidanan ibu
nifas khususnya pada post operasi SC adalah asuhan yang diberikan pada ibu,
yang meliputi TTV sebagai parameter adanya infeksi, perawatan luka post operasi
dengan teknik aseptik.Asuhan pada
ibu nifas ini juga menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini dan cara merawat
bayi, sehingga dalam hal tersebut dapat terlihat dengan nyata bahwa asuhan pada
ibu nifas post operasi SC ini akan menambah pengetahuan dan ketrampilan.
Setelah di lakukan asuhan kebidanan pada Ny
“E” P1001Ab000 2 Hari Post SCdengan indikasi gemelli di
dapatkan hasil masih dalam batas normal.
B.
SARAN
Agar mutu pelayanan kebidanan meningkat,
penulis mempunyai beberapa saran yaitu :
Bagi Rumah Sakit :
1.
Ruangan ibu dan bayi di usahakan
berdekatan agar sewaktu-waktu ibu dapat menyusui bayinya
Bagi Mahasiswa :
1.
Sebagai mahasiswa, hendaknya
lebih banyak belajar lagi tentang teknik mendapatkan data untuk memperoleh
diagnosa dan masalah yang lebih akurat dan tepat.
Bagi Ibu nifas :
1.
Untuk
Ibu post operasi SC diharapkan dapat melaksanakan anjuran dan informasi yang telah diterima serta mau melaksanakan
perawatan di rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar